Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Bentuk Kekerasan yang Sering Dialami Anak Perempuan di Indonesia

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) per Januari 2024, terdapat 4.626 kasus kekerasan yang dialami oleh anak perempuan.

Adapun bentuk kekerasan yang dialami sangat beragam. Namun, Gender Equality and Social Inclusion (GESI) Specialist Plan Indonesia, Rani Hastari mencatat tiga hal penting ini.

1. Perkawinan anak

Menurut Rani, banyak orang yang mungkin belum tahu bahwa perkawinan anak adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap anak perempuan.

"Bukan hanya pada anak saja, tetapi perkawinan anak juga kekerasan berbasis gender karena dampaknya sangat besar terhadap anak perempuan, terutama karena dia tidak bisa sekolah, tidak bisa mendapatkan penghasilan yang layak, serta berpotensi terhadap kehamilan yang berisiko," katanya kepada Kompas.com saat ditemui di acara Plan Indonesia di Jakarta, Selasa (3/4/2024).

Selain itu, Rani menambahkan, perkawinan anak juga dapat menyebabkan stunting, yang sampai saat ini angkanya di Indonesia masih tinggi.

2. Kekerasan berbasis gender online (KBGO)

Bentuk kekerasan selnajutnya yang juga sering dialami oleh anak perempuan di Indonesia adalah kekerasan berbasis gender online (KBGO).

Rani mengatakan, berdasarkan laporan Plan Indonesia melalui State of the World's Girls 2020, sebanyak 56 persen pelaku kekerasan pada anak perempuan usia 15-24 tahun di Indonesia adalah orang-orang yang dikenalinya secara online.

"Bahkan, 1 dari 4 anak yang mengalami KBGO tersebut juga merasa tidak aman di lingkungan fisiknya, jadi bukan di online saja. Dan 56 persen anak perempuan mendengar atau tahu, atau juga mengalami KBGO," ujar dia.

3. Kekerasan dalam pacaran

Kekerasan lainnya yang juga banyak dialami anak-anak perempuan di Indonesia menurut Rani adalah kekerasan dalam pacaran.

Ada banyak jenis kekerasan yang biasanya terjadi, baik itu secara fisik, psikologis hingga seksual.

"Banyak anak perempuan yang mengaku dipukul oleh pacarnya saat pacaran dan merasa itu hal yang wajar karena kesalahannya," terang Rani.

"Ini bahayanya kan dinormalisasi kekerasan itu sendiri, yang bahkan menginternalisasi di dalam dirinya ketika merasa pantas dipukul oleh pacarnya," imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/04/131300220/3-bentuk-kekerasan-yang-sering-dialami-anak-perempuan-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke