Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Ibu Berada di Bawah Tekanan untuk Urus Sendiri Bayinya

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak ibu yang baru melahirkan berada di bawah tekanan untuk mengurus sendiri bayinya.

Padahal, ibu adalah “sumber kehidupan”. Faktanya, semakin hari tekanan yang ditujukan pada seorang ibu semakin meningkat.

“Kita perlu menghapus ketabuan di masyarakat bahwa jika kita membutuhkan atau meminta bantuan, berarti kita tidak melakukan pekerjaan dengan baik,” papar Marketing Lead Philips Commercial Indonesia Grace Devina di Jakarta, Sabtu (1/6/2024).

Hal ini terungkap dalam penelitian terbaru dari Philips Avent melalui OnePoll pada November 2023 yang berkaitan dengan gerakan #ShareTheCare mereka.

Penelitian dilakukan terhadap 12.000 ibu yang memiliki anak berusia nol sampai tiga tahun di Amerika Serikat, Perancis, India, Polandia, Turki, Brasil, dan Jerman.

  • 4 Tips Membeli Popok Bayi, Perhatikan Materialnya
  • Jangan Cuci Botol Bayi Pakai Sabun Cuci Piring, Kenapa?

Penelitian mencakup pertanyaan yang diajukan kepada 2.000 masyarakat umum--ditimbang untuk menjadi Perwakilan Nasional berdasarkan usia, gender, atau wilayah--di deretan negara di atas. Totalnya adalah 16.000 responden populasi umum.

Mengurus bayi sendirian

1. Berada di bawah tekanan

Penelitian mengungkapkan, hampir semua ibu (74 persen) percaya, tekanan dan harapan masyarakat terhadap mereka meningkat dalam sepuluh tahun terakhir.

Banyak masyarakat (66 persen) juga sependapat dengan hal tersebut.

Faktanya, sebagian besar orang (88 persen) mengakui, para ibu kurang mengindahkan kesehatan dan kebahagiaan pribadi mereka demi merawat bayi.

Hal ini menimbulkan risiko, yang mana para ibu (74 persen) menjadi merasa lebih cemas dibandingkan sebelum memiliki anak.

Dengan kata lain, para ibu sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka lebih dari sebelumnya.

2. Kurang waktu untuk perawatan diri

Kurangnya istirahat berperan besar dalam memengaruhi perasaan para ibu.

Lebih dari setengah ibu (51 persen) mengatakan, kurang tidur membuat mereka merasa lebih tertekan.

Hampir seperempat ibu (23 persen) kehilangan tiga jam atau lebih setiap malamnya.

Para ibu (66 persen) ingin pasangan mereka membantu merawat bayi. Sedangkan, hampir setengahnya (44 persen) juga ingin kakek-nenek ikut membantu.

Namun, sebagian orang tetap enggan untuk membantu. Sepertiga dari mereka (38 persen) menahan diri untuk tidak ikut campur.

Alasannya, mereka khawatir mungkin tidak dapat merawat bayi sesuai dengan harapan sang ibu.

3. Pengaruhi kemampuan untuk merawat bayi

Sekitar setengah dari para ibu (44 persen) merasa kesulitan untuk "melakukan segalanya", dengan lebih dari sepertiga (37 persen) memiliki kekhawatiran tentang kesehatan dan kebahagiaan mereka secara keseluruhan.

Sebagian besar para ibu (73 persen) mengatakan, kesehatan dan kebahagiaan mereka berdampak pada kemampuan mereka untuk merawat bayi dari waktu ke waktu.

Artinya, para ibu dapat merawat bayi dengan baik ketika mereka juga memiliki waktu untuk merawat diri sendiri.

“Oleh karena itu, mereka perlu tahu bahwa tidak apa-apa untuk meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri, dan hal itu memiliki dampak yang baik untuk ibu maupun bayi,” ujar Grace.

Melalui gerakan #ShareTheCare, Philips Avent mendorong keluarga, teman, dan support system lainnya, untuk meningkatkan kesadaran untuk membantu para ibu.

Misalnya, mereka dapat mengambil alih tugas malam atau berbagi tugas dalam pemberian makan.

Untuk menyebarluaskan pesan dari gerakan tersebut, Philips Avent bekerja sama dengan Komunitas Mothercare Best Friend Forever (BFF).

"Bersama dengan Komunitas Mothercare BFF, kami ingin menunjukkan, perubahan adalah suatu hal yang mungkin. Dan kita bisa turut membantu meningkatkan kebahagiaan para ibu," jelas Grace.

Sementara itu, General Manager Marketing Mothercare Indonesia Maira Odessa menuturkan, #ShareTheCare adalah seruan yang patut dijalankan, terutama dalam sebuah keluarga.

Mothercare, brand global yang fokus pada kebutuhan ibu dan anak, memahami kesulitan yang dirasakan para ibu dapat memengaruhi kualitas dari merawat dan gaya komunikasi sang ibu kepada anaknya.

Maira mengajak masyarakat agar berkomitmen untuk membanti para ibu.

"Penting untuk diingat bahwa ini bisa dilakukan di luar keluarga terdekat, karena kita tahu kemampuan dukungan setiap orang bersifat individual dan unik," papar dia.

"Jika kita secara kolektif mengubah perilaku dan sikap kita, kita benar-benar dapat membuat perbedaan," sambung Maira.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/06/03/103600020/banyak-ibu-berada-di-bawah-tekanan-untuk-urus-sendiri-bayinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke