Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Simak, Tahap Stimulasi Fisik pada Bayi Sebelum Merangkak

TANGERANG, KOMPAS.com – Salah satu fase pertumbuhan anak yang dinantikan adalah fase merangkak. Saat anak bisa merangkak, ayah dan ibu dapat bernafas lega karena besar peluang anak tidak ada masalah dengan berjalan.

Untuk mencapai fase tersebut, psikolog di Mykidz Clinic Gloria Siagian M.Psi. mengatakan, orangtua wajib memberikan stimulasi fisik pada bayi.

“Stimulasi fisik memang yang harus dikembangkan untuk anak bayi, dimulai dari membiarkan anak untuk tengkurap,” ujar dia di Gramedia World BSD, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, beberapa waktu lalu.

  • 4 Cara Mempersiapkan Anak Sebelum Dititipkan ke Daycare
  • Ramai Kasus Penganiayaan, Ini 9 Tips Pilih Daycare yang Aman untuk Anak

Mulai dari tummy time

Tengkurap, juga dikenal dengan tummy time. Ini adalah fase ketika anak diajarkan cara untuk berbaring pada perutnya.

Sebab, akan ada fase ketika bayi secara tidak sadar berbalik badan dan tengkurap saat sedang tidur.

Apabila bayi sudah mahir tummy time, tentunya pelatihan harus diperhatikan oleh ayah dan ibu, orangtua tidak perlu khawatir ketika mereka tidur tengkurap.

"Itu (tummy time) juga untuk membantu dia belajar mengangkat kepala,” tutur Gloria.

Disadur dari situs resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen Yankes Kemenkes RI), tummy time juga membantu mengembangkan motorik bayi.

Ditambah lagi, tummy time merangsang kemampuan bayi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Ia secara alamiah akan belajar melakukan koordinasi pada paha.

Terkait kepala, bayi tidak hanya belajar mengangkatnya, tetapi juga mengontrol geraknya.

  • 8 Ciri-ciri Bayi yang Cerdas, Rasa Ingin Tahunya Besar
  • Kapan Bayi Baru Lahir Boleh Dimandikan?

Ia akan mulai menengok ke kanan dan ke kiri, serta ke atas dan ke bawah. Pada saat yang sama, otot leher dan bahunya juga terlatih.

Belajar merangkak

Gloria mengatakan, tummy time membekali anak dengan kemampuan awal untuk belajar merangkak karena tubuhnya mulai bisa saling berkoordinasi.

“Dengan merangkak, dia melatih dan membekali diri untuk nantinya saat sekolah,” ucap dia.

Ketika bersekolah, anak akan melakukan beragam kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, melompat, melempar, memberikan dan mengambil sesuatu, serta menerima sesuatu.

Dalam fase merangkak, anak dilatih dalam aspek keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

Sebab, perkembangan otot-otot besar dan kecil dalam fase ini juga dilatih. Anak yang sering merangkak dapat mengembangkan gerak motoriknya.

“Mulainya dari latihan merangkak. Merangkak, merambat, dan berjalan. Ada yang anaknya tidak berjalan, tapi langsung berlari. Hati-hati karena harus berjalan dulu, baru latihan berlari,” terang Gloria.

  • Bolehkah Bayi Usia 1 Tahun Pakai Pelembap Khusus Newborn?
  • Apakah Bayi 6 Bulan Masih Minum ASI?

Dengan kata lain, anak harus menjalani fase-fase tertentu alih-alih melewati satu atau dua fase karena ini berdampak pada kemahiran anak dalam menggerakkan tubuhnya saat dewasa nanti.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/08/06/111449620/simak-tahap-stimulasi-fisik-pada-bayi-sebelum-merangkak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com