Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ingin Bolehkan Anak Main HP? Ketahui 2 Hal Ini Dulu Menurut Ahli

KOMPAS.com - Anak main HP (ponsel) sudah jamak ditemui saat ini. Namun, mungkin ada orangtua yang belum sadar kalau keputusan mengizinkan anak bermain gadget bisa berdampak besar pada cara mereka tumbuh dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.

Psikolog Jean Twenge, profesor psikologi di San Diego State University sekaligus penulis buku 10 Rules for Raising Kids in a High-Tech World, mengingatkan bahwa semakin lama orangtua menunda memperkenalkan HP atau media sosial pada anak, semakin besar peluang mereka tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan sukses saat dewasa, dilansir dari CNBC Make it, Selasa (21/10/2025).

Menurut Twenge, tantangan orangtua bukan hanya soal kapan anak boleh memiliki HP, tapi juga bagaimana menyiapkan mereka agar mampu menggunakan gadget tersebut dengan bijak dan sehat.

Lantas, bagaimana orangtua bisa mempersiapkan anak menghadapi dunia digital tanpa terburu-buru memberi mereka HP? Simak selengkapnya.

Menurut Twenge, penting untuk mulai mengajarkan anak cara menggunakan teknologi dengan aman dan sehat setidaknya enam tahun sebelum mereka benar-benar memilikinya.

“Memulai sejak dini membantu mempersiapkan anak-anak untuk memiliki hubungan yang lebih sehat dengan teknologi daring,” ujarnya.

Langkah ini membuat anak lebih siap secara emosional dan mental ketika kelak benar-benar memiliki perangkat sendiri.

Twenge menyarankan, percakapan seputar tanggung jawab digital sebaiknya dimulai ketika anak memasuki akhir masa sekolah dasar.

Di usia ini, mereka mulai tertarik pada media sosial dan pertemanan daring sehingga orangtua perlu menanamkan dasar penting tentang keamanan dan privasi di dunia maya.

Dalam bukunya, Twenge bahkan menulis bahwa anak-anak sebaiknya tidak menggunakan media sosial hingga usia 16 tahun, dan tidak memiliki smartphone kecuali mereka sudah cukup mandiri, misalnya sudah bisa berkendara sendiri.

Alasannya karena penggunaan berlebihan ponsel dan media sosial terbukti berkaitan dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi di kalangan remaja.

Namun realitasnya, tren di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, menunjukkan anak-anak diizinkan bermain HP jauh lebih awal.

Sebuah survei Pew Research Center menemukan, lebih dari separuh orangtua di Amerika Serikat sudah memberikan smartphone pada anak usia 11–12 tahun.

Lalu, bagaimana sebaiknya orangtua memulai langkah ini di rumah tanpa menimbulkan kesan melarang atau membatasi secara berlebihan? Twenge menyarankan untuk memulainya lewat percakapan ringan dan konsisten.

Lebih lanjut, ia menekankan, kunci utamanya adalah membangun dialog sehat sejak dini.

Orangtua dapat mulai berbicara dengan anak tentang cara menggunakan internet secara bertanggung jawab bahkan sebelum mereka berusia 10 tahun, atau lebih muda, jika anak sudah sering menggunakan perangkat yang terhubung ke internet.

Topik pembicaraannya bisa sederhana, seperti jenis informasi pribadi yang tidak boleh dibagikan di internet, seperti alamat rumah atau foto pribadi.

Lalu, pentingnya menjaga privasi dan berpikir matang sebelum mengunggah sesuatu.

Kemudian, mengingatkan anak bahwa waktu adalah sumber daya berharga, dan terlalu banyak waktu bermain HP bisa membuat mereka kehilangan momen nyata bersama teman dan keluarga.

Setelah anak memahami dasar tanggung jawab itu, orangtua perlu menerapkan aturan dan kontrol yang konsisten.

Twenge merekomendasikan agar anak tidak menggunakan smartphone selama jam sekolah dan tidak membawanya ke kamar pada malam hari.

Selain itu, ia menyarankan agar ponsel pertama anak bukan smartphone, melainkan ponsel dasar yang hanya bisa menelepon dan mengirim pesan.

Kontrol orangtua juga bisa diterapkan lewat fitur batas waktu harian atau pemblokiran situs web tertentu.

“Ajari mereka bahwa moderasi adalah kuncinya, lalu terapkan kontrol orangtua untuk memastikan mereka tidak membuang-buang waktu,” tulis Twenge.

Namun, aturan ini tetap perlu disampaikan dengan komunikasi yang terbuka.

“Kami akan menjelaskan dengan sangat jelas tentang kontrol apa yang kami terapkan pada HP itu," katanya.

"Bahkan ketika dia mendapatkan ponsel pintar itu, misalnya, kami akan memblokir unduhan aplikasi. Jadi, jika dia ingin menambahkan aplikasi tambahan, itu akan menjadi diskusi, bukan dia melakukannya secara sepihak, di mana kami bahkan tidak tahu apa yang dia miliki di dalamnya," tambahnya. 

Tidak pernah terlambat untuk memperbaiki

Bagaimana jika orangtua sudah terlanjur mengizinkan anak main HP atau media sosial? Twenge menekankan, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki.

Ia menyarankan orangtua untuk mengakui bahwa mereka salah karena sudah terlanjur memperbolehkan buah hati main HP, lalu akhiri dengan, "Yuk kita coba hal berbeda ke depannya". 

Selain itu, orangtua juga bisa memperkaya aktivitas anak agar perhatiannya tidak selalu tertuju ke HP, misalnya bermain boardgame atau membacakan buku cerita. 

Meskipun reaksi anak mungkin membantah pada awalnya, penting bagi orangtua untuk tetap tegas. Sampaikan bahwa keputusan ini bukan bentuk hukuman, melainkan langkah untuk kebaikan mereka.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/21/133500120/ingin-bolehkan-anak-main-hp-ketahui-2-hal-ini-dulu-menurut-ahli

Terkini Lainnya

Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com