Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Thalassaemia Ancam Si Kecil

Kompas.com - 24/07/2008, 16:43 WIB

Di antara berjuta-juta peristiwa / Mereka terdiam menatap akhir usia / Sambil tersenyum dan berdoa / Mukjizat datang suatu saat nanti  

 

LIRIK lagu tersebut dinyanyikan oleh belasan penderita penyakit thalassaemia pada saat penyerahan bantuan sebesar Rp. 1,120 miliar dari Bakrie Untuk Negeri kepada Yayasan Thalassaemia Indonesia, Kamis (24/7 ) di The Commerce Club, Jakarta.  

 

Ya, penyakit ini memang kebanyakan menyerang anak-anak. Thalassaemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah berumur lebih singkat dari sel darah normal (120 hari). Thalassaemia di sebabkan sel-sel darah merah penderita tidak memiliki cukup hemoglobin yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dikarenakan sumsun tulang penderita tidak dapat memproduksi sel-sel darah merah.  

 

Sekitar 100.000 anak yang lahir di dunia mengidap penyakit thalassaemia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, setidaknya 3.000 anak lahir dengan penyakit tersebut. Secara keseluruhan, YTI memperkirakan, ada sekitar 200.000 penderita thalassaemia di Indonesia. Penyakit ini mulai terlihat pada saat anak-anak berusia 3-18 bulan. Gejalanya adalah muka pucat, sukar tidur, lemas, dan tidak nafsu makan.  

 

Thalassaemia terbagi menjadi beberapa jenis, yakni thalassaemia minor dan mayor. Thalassaemia minor, atau disebut juga thalassaemia pembawa sifat, merupakan suatu keadaan yang terjadi pada seseorang yang sehat, namun dapat menurunkan gen thalassaemia kepada anaknya. Keadaan ini sudah ada sejak lahir, dan tetap ada sepanjang hidup penderita tersebut. Penderita ini tidak memerlukan transfusi darah.  

 

Sedangkan thalassaemia mayor merupakan suatu keadaan dimana penderita memerlukan transfusi darah secara berkala dan berkesinambungan dalam periode empat sampai enam minggu sekali seumur hidupnya  

 

Hingga saat ini, thalassaemia mayor belum dapat disembukan. Cara pengobatan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah transfusi darah secara teratur, biasanya sekali dalam empat minggu. Pada umumnya, anak-anak yang menjalankan transdusi ini tumbuh secara normal.  

 

Dengan seringnya melalukan transfusi darah, maka zat besi dalam tubuh penderita akan bertumpuk. Akibatnya, penumpukkan tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa organ, seperti jantung, hati, dan pankreas.  

 

Saat ini, satu-satunya cara untuk mengelurakan zat besi yang lebih dari tubuh adalah dengan menyuntikkan obat yang bernama Desferal, yang ditempelkan di bawah kulit denga n menggunakan alat pompa suntik, lima sampai tujuh kali setiap minggu. Desferal akan mengambil zat besi yang ada dan mengeluarkannya melalui air seni.  

 

Kelahiran penderita thalassaemia dapat dihindari dengan mencegah perkawinan antara dua orang pembawa sifat thalassaemia. Jika salah seorang orangtua menderita thalassaemia minor, sedangkan yang satunya tidak, maka kemungkinan memiliki anak yang menderita thalassaemia minor 50%. Pasangan tersebut tidak mungkin memiliki anak yang menderita thalassaemia mayor.  

 

Sebaliknya, apabila kedua orangtua menderita penyakit thalassaemia minor, maka kemungkinan memiliki anak yang menderita thalassaemia minor dan mayor lebih besar, 25% untuk memiliki anak yang mempunyai darah normal, 50% untuk anak yang mengidap thalassaemia minor, dan 25% untuk anak yang mengidap thalassaemia mayor.  

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi Yayasan Thalassaemia Indonesia, Jl. Kalibata Tengah No. 3A, Jakarta 12740. Telp. (021) 7246828, 7901926.

C9-08       

 

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com