Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narsis! Gaya yang Enggak Abis-abis...

Kompas.com - 05/12/2008, 02:13 WIB

”Iiih narsis banget sih, lu!”

Abuers pasti pernah kan denger celetukan kayak gitu?

Sebenarnya narsis itu apa sih?

Itu sifat yang positif atau negatif?

Hmm… kita bahas satu-satu aja kali ya….

Abuers pasti pernah bernarsis-narsis ria kan? Mulai dari foto, omongan, sampai narsis di internet. Narsis memang bukan hal aneh buat kita. Soalnya, di sekitar kita juga ada seabrek orang-orang narsis yang bertebaran.

Narsis bagi sebagian orang mungkin dijadikan hobi mengasyikkan, yang bisa mendatangkan kepuasan, bahkan dijadikan kebutuhan bagi mereka.

Orang yang sudah biasa narsis, terus tiba-tiba dilarang bernarsis ria, mungkin akan merasa ada yang ”hilang”. Sebaliknya, orang yang enggak suka atau enggak biasa narsis, terus disuruh narsis, pasti bakal kaku.

Percaya deh, abuers semua pasti pernah mendengar bahkan menggunakan kata narsis. Tapi, abuers sudah pernah mendengar sejarahnya belum? Narsis itu ternyata sudah ada dari zaman dulu, tepatnya zaman Yunani kuno.

Alkisah ada seorang pemuda bernama Narcissus. Dia sangat tampan, suka memuji diri sendiri, dan menolak cinta dari banyak gadis. Sampai suatu saat Narcissus menolak cinta Echo.

Echo patah hati berat dan Narcissus dikutuk sehingga jatuh cinta pada bayangannya sendiri di kolam sampai gila. Di tempat Narcissus bercermin itu tumbuh pohon, yang kemudian dikenal sebagai pohon narsis.

Pengertian ’narsis’ kalau dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bunga putih, krem, atau kuning yang tumbuh di daerah subtropis. Sementara narsisme adalah keadaan mencintai diri sendiri secara berlebihan atau bahkan memiliki kecenderungan seksual pada diri sendiri. Ya, kira-kira begitulah akar dari kata ’narsis’ yang selama ini kita kenal.

Ajang narsis

Salah satu kegiatan narsis yang paling lazim dilakukan adalah lewat foto. Kita sering banget bergaya sesuka hati, sebagus, dan semanis mungkin supaya kita terlihat menarik.

Apalagi, kalau foto bareng-bareng, pastinya pengin jadi pusat perhatian dan ujung-ujungnya narsis deh. Sebenarnya narsis sewaktu foto itu sah-sah aja selagi narsis yang kita lakukan enggak berlebihan dan enggak bikin orang lain terganggu. Narsis juga bikin kita terlihat ekspresif. Jadi, bisa dibedakan deh mana pasfoto dan mana foto gaya. He-he-he....

Selain foto, ajang narsis yang enggak kalah heboh adalah internet! Banyak banget situs yang ngefasilitasin kegiatan narsis, sebut aja friendster, blog, dan sejenisnya. Situs-situs ini bener-bener ngebuat banyak orang bernarsis ria sepuasnya melalui foto- foto yang dipajang di profil masing-masing.

Malah, enggak cuma foto narsis kita aja yang bisa disimpan, tetapi curhatan, review, dan karya-karya kita juga bisa disimpan di situ. Hmmm... kalau dipikir-pikir, narsis di internet ada manfaatnya juga. Ini menjadikan kita lebih pe-de dan berani memublikasikan suatu karya yang kita punya. Tapi, hati-hati aja, kamu bisa kecanduan narsis di internet dan waspada juga. Bisa-bisa ajang narsis kamu disalahgunakan untuk hal yang enggak bener oleh orang lain.

Enggak hanya lewat foto dan internet, sadar atau enggak, narsis juga sering kita ekspresikan lewat lisan. Misalnya waktu lagi ngobrol bareng teman-teman, terus dengan santainya kita bilang, ”Aku kan imut banget! Wajar aja dia ngeliatin aku terus.”

Itu juga masuk koridor narsisme lho.... Kita mesti tanggap, jangan-jangan omongan yang kita anggap biasa atau sekadar having fun itu ternyata membuat orang risi, enek, atau bahkan malas buat berteman dengan kita. Apalagi kalau kita sering banget ngomong begitu!

Intinya, kita jangan kelepasan deh, ingat situasi dan kondisi. Jangan sampai kita membuat orang kesal, bahkan tersinggung.

Plus-minus narsisme

Bagi sebagian orang, narsis sudah bagaikan bernapas. Mereka enggak bisa hidup tanpanya! Asal bisa menempatkannya dengan baik, narsis itu bernilai positif lho, misalnya untuk pergaulan dan ekspresi diri.

Pastinya, kalau enggak ada narsis, semua foto di dunia bakal jadi 3 x 4 black and white. Serem! Tetapi, kalau sikap narsis kita udah keterlaluan, itu sih negatif.

Seperti foto-foto enggak jelas everywhere and everytime, selalu memuji diri sendiri, bahkan di hadapan orang banyak. Orang- orang bisa saja menilai kita sombong dan terkesan egois karena dunia ini serasa milik kita. Seolah-olah the world is mine!

Jadi, positif-negatifnya narsis itu relatif, tergantung dari pelakunya. So abuers, kita jangan sampai masuk ke sisi negatifnya narsis. Tetap percaya diri, tetapi enggak sampai berlebihan atau bahkan mengganggu orang lain. Semuanya itu ya tergantung dari diri kita sendiri....

(Tim MuDA Islamic Girls Boarding School of Darul Marhamah: Henidya Putri, Sri Wahyuni, Irma Juanita, Hikmatul Bilqis, Nur Atikah, Erna Shevilia, Fitri Hasanah)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com