Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Sejarah dan Alam Bumi Wolio

Kompas.com - 23/01/2009, 02:17 WIB

Perjalanan bisa diteruskan ke Masjid Agung Keraton yang di depannya ada tiang bendera dari kayu jati. Tiang bendera ini konon yang menjadi tempat menggantung sultan ke-8 karena melanggar hukum.

Jika ingin mengetahui seluk-beluk Kesultanan Buton, sebaiknya mengunjungi Pusat Kebudayaan Wolio. Tempat ini menyimpan berbagai peninggalan kesultanan, seperti 26 tombak pusaka, peralatan makan, aksara Wolio, guci kuno, pakaian dan pedang sultan, payung kebesaran dan bendera kesultanan. Saat mengunjungi Pusat Kebudayaan Wolio pastikan didampingi oleh pengelolanya, Al Mujazim Mulku (52), yang akan menjelaskan sejarah Kesultanan Buton.

Setelah menelusuri jejak Kesultanan Buton, saatnya menikmati wisata alam di Bau-Bau. Penggemar olahraga menyelam bisa melihat keindahan terumbu karang di pantai Kolagana, Nirwana, dan Lakeba.

Penggemar penelusuran goa bisa caving di Goa Lakasa. Goa karst ini memiliki stalaktit dan stalakmit yang cukup bagus. Lokasinya sekitar 7 kilometer dari kota ke arah Desa Sulaa, Kecamatan Betoambari.

Tempat yang juga menarik untuk dikunjungi adalah budidaya kerang mutiara di Palabusa. Lokasi ini ditemukan oleh Sukeyo Fujita (1878-1931) pada masa Perang Dunia II. Masa-masa awal pengembangan budidaya ini terekam dalam foto-foto yang dipasang di salah satu rumah peristirahatan.

”Penemuan Palabusa ini awalnya dirahasiakan karena sangat sulit menemukan lokasi yang cocok untuk budidaya kerang mutiara,” ujar Gerrit Banse, pengelola PT Selat Buton Palabusa.

Di Palabusa, pengunjung bisa melihat penyuntikan nukleus mutiara, pemanenan, dan pengolahan. Pemandangan Palabusa sangat indah, air lautnya jernih berwarna hijau cerah. Wisatawan juga bisa menikmati kelezatan daging kerang.

Potensi wisata di Bau-Bau didukung oleh 16 hotel dan penginapan. Rumah makan yang menyajikan makanan Eropa, China, dan tradisional juga mudah dijumpai. Bank-bank besar yang membuka cabang di Bau-Bau memudahkan transaksi.

Bau-Bau bisa dicapai dari Makassar dengan menggunakan pesawat terbang dan kapal laut. Penerbangan Makassar-Bau-Bau selama 50 menit dilayani oleh maskapai Merpati Airlines. Tiket dibanderol sekitar Rp 700.000. Jika akan menggunakan pesawat terbang, sebaiknya memesan tiket seminggu sebelumnya karena penerbangan tiap Selasa, Jumat, dan Minggu selalu penuh.

Jalur laut lebih leluasa karena semua kapal PT Pelni yang beroperasi di Kawasan Timur Indonesia singgah di Bau-Bau. Perjalanan laut Makassar-Bau-Bau ditempuh dalam 12 jam. Tarif tiket sebesar Rp 97.000-385.000. Jika berangkat dari Kendari, ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, perjalanan laut menggunakan kapal cepat selama lima jam. Tarif tiket ekonomi sebesar Rp 135.000 dan VIP Rp 225.000.

Dari Bau-Bau juga bisa melanjutkan perjalanan wisata ke Wakatobi di Kepulauan Tukang Besi. Setiap hari ada kapal yang menuju Wakatobi.

Wisatawan beransel bisa meneruskan petualangan ke berbagai tempat dengan menggunakan kapal PT Pelni yang akan mengantar ke Ambon, Banda, Ternate, Manado, Papua, Gorontalo, dan Makassar. Berwisata ke Bau-Bau akan selalu menemukan jalan ke petualangan berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com