Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repot & Bahagianya Punya Anak Kembar Tiga

Kompas.com - 11/04/2009, 15:47 WIB

KOMPAS.com — Punya anak kembar, apalagi kembar tiga, sangat menggembirakan sekaligus menyibukkan pasangan Atik-Ario. Cara mereka merawat dan mendidik si kembar sungguh seru.

Repot, tapi mengasyikkan. Begitulah yang dirasakan Rochayati (42) dan Dwi Ario Anianto (43) selama 13 tahun membesarkan putra-putrinya yang kembar tiga, Sasha Jovika Ananda Arti (Vika), Muh Jovino Ananda Arti (Vino), dan Sasha Jovita Ananda Arti (Vita). "Sekarang mereka sudah kelas VI SD," ujar Atik, panggilan Rochayati.

Atik mengisahkan, kerepotan sudah dirasakan sejak si kembar dalam kandungan. Ia memang punya keturunan kembar. Dari hasil USG, Atik diramal bakal melahirkan kembar dua, dan harus operasi caesar karena bayi yang satu menutup pintu rahim.

Saat persalinan, 16 Juni 1997, Atik yang dibius lokal bisa melihat prosesnya. "Pertama, lahir bayi perempuan. Semenit kemudian, bayi lelaki. Setelah itu, ternyata masih dapat bonus. Di luar dugaan, masih ada bayi perempuan lagi. Waktu periksa terakhir, masih kembar dua. Saya bersyukur, ketiganya lahir normal dan sehat. Berat masing-masing 2,2 kg, 2,2 kg, dan 2,1 kg," kenang Atik.

Stok Susu Setengah Kamar
Hari-hari penuh kerepotan pun dimulai. Apalagi, tak ada baby sitter yang bersedia mengurus anak Ario-Atik begitu tahu kembar tiga. Demi mengurus si kembar, Ario menyarankan Atik berhenti kerja.

Dengan sabar pula, Atik memberi tiga buah hatinya ASI eksklusif. "Memberinya digilir. Misalnya, pagi ini yang pertama kali mendapat ASI Viko, besok Vino, begitu seterusnya. Dari ketiganya, Vino yang paling kuat minum ASI, sedangkan si bungsu Vita paling sedikit. Tak jarang, waktu saya memberi ASI pada Vino, eh Vita juga menangis minta ASI. Terpaksa, mereka saya kasih ASI sekaligus."

Beruntung, lanjut Atik, tiga anaknya sangat mengerti kerepotan ibunya. "Jarang sekali mereka rewel di malam hari. Jadi, saya bisa istirahat dengan cukup. Beda dengan si sulung, Muh Jovian Ananda Arti (15) yang sering rewel di malam hari."

Apalagi, Atik tinggal di kawasan yang hubungan antartetangga masih terjalin akrab. "Pagi-pagi, ada saja tetangga yang bantu menjemur atau memandikan anak-anak. Senang sekali punya tetangga yang baik."

Masalah muncul ketika anak-anak sudah mulai minum susu tambahan. Saat terjadi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Ario sempat pusing mencari susu. "Pernah kami menyetok susu sampai setengah kamar penuh. Anak-anak, kan, banyak minum susunya. Sekaleng hanya cukup untuk 3 hari."

Tertib Sejak Kecil
Usia setahun, si kembar sudah pandai berjalan. Uniknya, "Umur 11 bulan, mereka rambatan sendiri di pagar. Tiap sore mereka memang main bertiga. Kami tinggal mengawasi. Lalu, mereka bisa berjalan. Baby walker-nya malah enggak kepakai."

Atik-Ario memang sudah menanamkan disiplin pada si kembar sejak kecil. Misalnya, ketika si kembar berusia balita, "Saya buatkan matras untuk arena bermain mereka. Mereka hanya bermain di situ. Jadi, mereka tahu, di mana area bermain."

Karena memang jenis kelamin mereka berbeda, Atik tentu mendidik secara berbeda pula. Salah satu yang penting adalah perbedaan mainan mereka. "Vika dan Vina lebih banyak saya kasih boneka atau masak-masakan, Vino mobil atau robot-robotan. Khusus untuk Vino, saya tidak berikan boneka. Karena dia suka menggambar dinosaurus, saya belikan banyak gambar dan mainan dinosaurus untuknya."

Atik juga mendidik anaknya mandiri. Misalnya, saat makan, "Waktu masih kecil, mereka duduk di satu tempat dengan mangkuk dan sendok masing-masing. Biar saja nasi berantakan, tapi mereka berlatih tertib sejak kecil. Nah, saya pegang piring besar untuk menyuapi mereka."

Tak Harus Kembaran
Si kembar juga tak pernah diberi barang atau baju yang serba kembaran. "Baju boleh satu model, tapi warna berbeda. Mereka, kan, punya kesukaan sendiri. Memang, sih, ada baju yang seragam, tapi hanya dipakai untuk acara tertentu. Misalnya, untuk ke acaranya Yayasan Nakula-Sadewa."

Ario dan Atik rupanya dapat masukan, anak kembar tak perlu barang atau baju kembaran. "Mereka punya karakter sendiri-sendiri. Terbukti memang benar. Setelah besar, anak-anak punya warna favorit yang berbeda. Vino suka biru, Vika dan Vita merah atau pink."

Sejak anak-anak berusia 3 tahun, Atik tak memandikan mereka secara bersama-sama. "Soalnya, Vino pernah bertanya, kenapa bentuk kelaminnya berbeda dengan dua saudaranya. Sejak itu, mereka saya mandikan terpisah. Tidur pun mereka tidak bersama-sama. Vino sekamar dengan kakak sulungnya, Jovi, sedangkan Vika dan Vina menempati kamar yang lain," tutur Atik.

Pendidikan Seks
Ketika si kembar mulai bersekolah, Atik dan Ario sengaja tak mau anak-anaknya satu kelas. "Biar mereka tidak saling tergantung. Vita termasuk susah bergaul dan sangat tergantung dengan Vika. Si bungsu ini, waktu pertama kali sekolah, tidak bisa dilepas seperti dua saudaranya. Beberapa hari harus saya temani di sekolah," papar Atik. Terkadang, Vita mengeluh dan malu karena sering jadi tontonan orangtua murid. "Ibu-ibu kan tertarik melihat anak kembar tiga."

Karakter masing-masing anak memang amat diperhatikan Ario-Atik. "Tidak bisa diperlakukan sama," kata Ario. Karyawan perusahaan penerbangan ini memberi contoh, "Untuk Vita, misalnya, omongnya harus hati-hati. Dia lebih halus dan gampang tersinggung. Beda dengan Vika yang bisa lebih blak-blakan. Nah, dengan tahu karakter anak, apa yang kami sampaikan bisa dimengerti dengan baik. Diskusi dengan anak juga dilakukan untuk memahami keinginan mereka."

Kini si kembar sudah masuk usia remaja. Kepada mereka, Atik selalu menekankan agar mereka bercerita tentang kejadian yang dialami di sekolah. "Jadi, saya tahu apa yang mereka kerjakan dan apa yang tidak mereka sukai. Masuk usia remaja, mereka cenderung membicarakan lawan jenisnya. Vika dan Vita bilang, ‘Ibu aku suka sama A, boleh enggak aku SMS duluan sama dia.' Saya jawab, 'enggak apa-apa. Wajar, kok, senang sama lawan jenis.'"

Vika dan Vita juga diajarkan betul agar terhindar dari pelecehan seksual. "Misalnya, waktu kelas IV SD, kan, mereka ikut antarjemput. Saya selalu pesan, kalau tak kebagian tempat duduk, jangan dipangku keneknya. Kan, dia lelaki. Sekarang, saat masuk remaja, saya minta mereka menjaga alat kewanitaannya. Tak boleh, misalnya, teman lelaki memegang payudara, meski bercanda."

Kepada anak lelakinya, Jovi dan Vino, pasangan ini menekankan pentingnya bersikap hormat kepada kaum perempuan. "Kami ingatkan, mereka juga punya saudara perempuan yang harus dijaga. Jovi boleh pacaran, tapi harus ada batas-batasnya. Mana yang boleh, mana yang tidak."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com