Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kebiasaan "Poop" Anda?

Kompas.com, 4 Agustus 2009, 18:09 WIB

KOMPAS.com - Dilakukan setiap hari, namun orang masih segan membicarakannya secara terbuka. Itulah jika Anda menghadapi masalah dengan "poop", atau buang air besar (BAB). Wajar bila Anda merasa malu membicarakannya, karena BAB berkaitan dengan sesuatu yang kotor, tidak layak dijadikan topik pembicaraan. Padahal jika Anda mengalami masalah kesehatan gara-gara BAB yang tidak lancar atau feses yang tidak normal, Anda pasti menyesal mengapa tidak sejak dulu mengkonsultasikannya dengan dokter.

BAB adalah hasil akhir dari tubuh dalam memproses nutrisi yang diperlukan dari makanan, dan membuat sisanya. “BAB penting bagi kesehatan, karena hal itu merupakan cara alami tubuh dalam mengeluarkan sampah dari tubuh," tukas Eric Esrailian, MD, kepala seksi gastroenterology di David Geffen School of Medicine at UCLA.

Berkaitan dengan frekuensi, warna, bentuk, dan ukurannya, kondisi kotoran yang normal tergantung dari apa yang biasa terjadi pada Anda. Untuk mengetahui kondisi feses atau kebiasaan "poop" yang normal, perhatikan hal berikut.

Frekuensi. “Tidak ada ukuran normal mengenai frekuensi BAB, yang ada adalah rata-rata," ujar Bernard Aserkoff, MD, dokter di GI Unit, Massachusetts General Hospital, Boston. Yang disebut rata-rata tersebut bisa sekali atau dua kali sehari, namun banyak pula orang yang BAB lebih dari dua kali sehari. Ada yang 2 hari sekali baru BAB, bahkan ada yang hanya sekali atau dua kali seminggu. Selama Anda masih merasa nyaman, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Warna. Tinja biasanya berwarna coklat, diakibatkan oleh air empedu yang diproduksi di liver. Menurut Aserkoff, hal ini diperlukan untuk proses pencernaan. Makanan yang kita makan umumnya membutuhkan waktu tiga hari, sejak dikonsumsi, hingga berakhir di toilet. Jika proses pembuangan itu berlangsung lebih cepat, tinja biasanya akan berwarna kehijauan, karena hijau adalah satu dari warna-warna pertama dalam proses pencernaan. Warna tersebut juga harus diwaspadai jika perubahannya terjadi secara drastis, demikian menurut Aserkoff. "Jika warnanya hitam, itu bisa berarti Anda mengalami pendarahan di dalam, kemungkinan akibat luka atau kanker," katanya.

Sementara itu, kotoran yang berwarna lebih terang, seperti abu-abu, juga perlu diwaspadai jika hal itu berbeda dari biasanya. Meskipun tidak sering terjadi, kotoran yang berwarna terang bisa merupakan gejala penyakit liver.

Ukuran dan bentuk. “Dulu kita meyakini bahwa ukuran adalah indikasi adanya masalah, jika tinja hanya setipis pensil," ujar Aserkoff. "Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini tidak benar." Sedangkan Dr. Mehmet Oz, ahli bedah thorax yang kerap menjadi narasumber Oprah Winfrey Show, mengatakan bahwa orang yang sehat dan normal akan mengeluarkan kotoran dalam keadaan utuh (tidak terpotong-potong) dengan bentuk seperti huruf S.

Bau. Hm... bau apa yang bisa diharapkan dari kotoran? Sudah pasti berbau tak sedap. Namun, jika Anda meninggalkan toilet setelah BAB dan baunya masih tertinggal hingga 1 atau 2 jam sesudahnya, hal ini dikatakan normal. Bahkan, bisa jadi merupakan pertanda baik bahwa isi perut Anda yang dipenuhi dengan bakteri yang bekerja keras untuk menjaga Anda tetap sehat. Isi perut Anda diserbu oleh milyaran bakteri yang meningkatkan sistem pencernaan dan proses metabolisme. Bakteri inilah yang menjadi penyebab mengapa kotoran berbau, yaitu akibat aktivitas bakteri di dalam perut Anda.

Masalah dalam "poop"
Banyak orang yang khawatir bila mengalami masalah dalam BAB, terutama bila terjadi perubahan dari yang biasa dialaminya. BAB yang tidak normal memang merupakan indikasi adanya gangguan dalam kesehatan. Beberapa masalah tersebut antara lain: 

Konstipasi dan diare
Konstipasi, atau sembelit, menjadi masalah bila Anda biasanya poop sekali atau dua kali dalam sehari, mendadak berubah tiga hari sekali, atau lebih. Sembelit menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, seperti kembung atau begah. Anda sudah memaksakan diri "nongkrong" di toilet sambil sibuk mengejan, namun tak ada sesuatu pun yang keluar.

Bila Anda sedang sembelit, coba ingat-ingat lagi apa yang Anda makan. Apakah asupan serat Anda berkurang tanpa Anda sadari? Atau Anda tidak minum air putih cukup banyak dalam sehari? Aktivitas fisik yang berkurang pun bisa menyebabkan Anda tidak buang air, karena proses metabolisme melambat (termasuk pencernaan). Selain itu, obat-obatan tertentu seperti suplemen zat besi atau obat-obatan yang mengandung narkotika juga menjadi penyebab konstipasi.

Kebalikan dari sembelit, diare menyebabkan Anda berulangkali BAB, dan dengan kondisi cair. Diare juga bisa disebabkan oleh makanan (entah pedas, panas, atau kotor), atau bakteri dan virus yang jahat. Hasilnya sama saja, membuat perut tidak nyaman. Rasanya panas dan mulas, kadang membuat kita berkeringat dingin. "Penyebab diare bisa macam-macam, namun hal ini bisa menyebabkan problem kesehatan lain, seperti dehidrasi, jika Anda sudah mengalaminya selama dua atau tiga hari," jelas Aserkoff. Biasanya, diare atau konstipasi akan berhenti dengan sendirinya setelah sehari atau dua hari. Namun bila tidak berhenti, Anda tahu apa yang harus dilakukan kemudian.

Kotoran yang berdarah  
Bila Anda sudah lama tidak BAB, ketika akhirnya BAB, tinja menjadi keras. Lalu, tinja yang keras melukai anus sehingga berdarah. Namun kadang-kadang darah juga muncul saat Anda tidak mengalami sembelit. Menurut Esrailian, darah yang ada dalam kotoran adalah salah satu peringatan yang paling menuntut perhatian. Darah bisa merupakan gejala dari masalah yang lebih besar, seperti kanker. Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter, terutama bila keluarga Anda memiliki sejarah penyakit kanker usus besar.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau