Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan Pendidikan? Kita Memang Sering Lupa....

Kompas.com - 19/01/2010, 17:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembuat kebijakan, pengelola sekolah, guru, serta orangtua murid seringkali lupa, bahwa belajar di sekolah bukan semata untuk mendapatkan nilai dan prestasi akademik. Sudah saatnya dunia pendidikan Indonesia harus meninggalkan paradigma lama tersebut.

Paradigma tersebut selalu memandang tujuan pendidikan di sekolah hanya berdasarkan ukuran-ukuran akademik. Padahal sebetulnya, tujuan atau ultimate goal pendidikan di sebuah sekolah adalah menjadikan anak didik bisa membuat keputusan yang tepat dalam hidupnya dengan nilai-nilai kreatif serta menjunjung moralitas yang tinggi.

Demikian menurut Antarina S.F Amir, Managing Director Sekolah High/Scope Indonesia (SHI) kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2010), di Jakarta. Dia menambahkan, konsep pendidikan di sekolah seharusnya menerapkan nilai-nilai semacam itu sebagai sebuah kebiasaan.

"Bisa mengambil keputusan dengan baik sesuai nilai-nilai tadi, untuk itulah intinya mereka ke sekolah. Itu harus dijadikan kebiasaan, agar pada akhirnya mereka bisa melihat permasalahan dan menghargai setiap perbedaan dalam mencari solusi permasalahan itu dengan jujur dan kreatif," ujarnya di sela persiapan Open House SHI: "Changing, So Why Choose a School That Hasn't Changed?" di SHI TB Simatupang pada 23 Januari 2010 dan beberapa cabang SHI lainnya di Indonesia.

Teknisnya, kata Antarina, setiap guru harus menerapkan sesi tersendiri yang khusus membahas nilai-nilai, baik itu melalui kaca mata pelajaran ilmu sosial maupun sains. Di semua mata pelajaran tersebut, kata dia, seorang guru harus bisa menyisipkan nilai-nilai tersebut.

"Di setiap mengerjakan tugas, bertutur dan bersikap, kami selalu masukkan skil-skil problem solving. Kami punya sistem pemecahan masalah, yaitu menemukan sebuah masalah, guru bertindak sebagai mediator, dan siswa bisa memediasikan cara pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah itu," ujar Antarina.

Antarina menambahkan, ketika sekolah lain hanya menawarkan prestasi akademik, SHI menawarkan sebuah perpaduan antara prestasi akademik dan konsep character community and culture development atau 3 CD. Dengan konsep tersebut, anak didik diajak membahas masalah kehidupan sehari-hari di sekelilingnya berdasarkan agama yang mereka anut.

"Filosofinya adalah control sharing, bahwa kami ingin agar guru dan anak didik itu bisa saling berbagi, berbagi cara mengambil keputusan. Bagi kami, ada saatnya anak didik juga memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, bukan hanya guru yang bisa dan berhak menjadi decision maker di kelas," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com