Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Cak Nun Bertutur tentang Persoalan Bangsa

Kompas.com - 27/01/2010, 17:36 WIB

Oleh: Ali Rif’an*

Judul: Demokrasi La Roiba Fih
Penulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Cetakan: I, Juli 2009
Halaman: vi + 282 halaman
Harga: Rp 45.000
ISBN: 978-979-709-427-0

Di tengah-tengah runcingnya persoalan bangsa tak ada habisnya, membaca esai-esai Emha Ainun Nadjib serasa bagaikan mendapat suntikan segar dan menyejukkan, cerdas sekaligus bernas.
Nama Cak Nun, sapaan akrab budayawan Emha Ainun Nadjib, tentu sudah tak asing lagi kita dengar. Bersama Kiai Kanjeng, Cak Nun mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk menyambangi semua lapisan masyarakat, dari birokrat, elite politik, intelektual, berbagai penganut agama, pelacur, petani, hingga kaum marginal lain.

Sebagai pekerja sosial, Cak Nun lebih banyak dijadwal oleh masyarakat yang selalu disapanya lewat berbagai acara dan pertemuan. Setidaknya ada lima acara rutin yang diasuhnya: Padhang Mbulan (Jombang), Mocopat Syafaat (Yogyakarta), Kenduri Cinta (Jakarta), Gambang Syafaat (Semarang), dan Obor Ilahi (Malang).

Selain itu, Cak Nun juga melayani undangan dari berbagai kalangan dan pencarian solusi atas masalah-masalah bersama. Terhitung dari tahun 1998 sampai 2006, Cak Nun bersama Kiai Kanjeng telah mengunjungi lebih dari 22 provinsi, 376 kabupaten, 1.430 kecamatan, dan 1.850 desa di seluruh pelosok Nusantara Indonesia. Bahkan belakangan kerap kali diundang ke berbagai belahan mancanegara.

Budayawan yang jeli
Cak Nun dikenal sebagai budayawan yang jeli dalam mengamati tiap perkara. Mulai dari yang remeh temeh sampai yang aneh-aneh, dari yang biasa-biasa sampai yang luar biasa. Ia mencoba menyisir segala persoalan kebangsaan dengan pisau analisa kebudayaan.

Bahasa kebudayaan dan sikap terbuka untuk semua kalangan merupakan arus utama yang menjadi ciri khas Cak Nun dalam berdakwah. Tanpa melihat warna dan stratifikasi sosial, Cak Nun bersama Kiai Kanjeng selalu hadir menghampiri seluruh lapisan masyarakat dengan membawa kado cinta dan perdamaian menuju spirit bangsa yang adil dan sejahtera.

Bagi Cak Nun, nasionalisme menjadi bagian yang determinan bagi terwujudnya kesejahteraan. Nasionalisme dan kesejahteraan ibarat dua picing mata yang saling berhubungan. Ketika salah satu terpejam, terkadang yang lain berledip atau terbelalak tajam. Kadang pula serempak berkedip dan terpejam. Tetapi dalam konteks Indonesia, keduanya tampak berjalan tidak seimbang, bahkan berbenturan. Ini dapat dilihat dari kepeminpinan enam presiden di negeri ini, keseimbangan antara nasionalisme dan kesejahteraan kerap mengalami pasang surut.

Untuk itu, menjadi penting kiranya merefleksikan semangat membangun keutuhan bangsa demi terciptanya nasionalime bangsa yang kuat. Nasionalisme adalah senyawa dalam membangun sebuah bangsa. Orang tak mungkin dipaksa mengerek bendera dengan perut lapar. Sebaliknya, sungguh nista menjual bendera bangsanya demi urusan perut belaka.

Buku ini memperlihatkan adanya fenomena lain tentang masih adanya kekuatan revolusioner dari seorang budayawan. Melalui seranai obrolan imajiner yang cerdas, kocak, dan sesekali jahil, buku ini mencoba menyisir berbagai persoalan ekonomi dan kebangsaan dengan pisau analisa yang tajam.
Secara garis besar, Cak Nun berbicara tentang fenomena yang sedang hangat sekaligus sensitif di negeri ini. Mulai dari hal ihwal korupsi, demokrasi, hukum, reformasi, nasionalisme, hingga tentang musik, yang semua dikaitkan dengan tuntunan agama universal. Berbeda dengan buku sebelumnya (Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki: 2007) yang selalu melakukan kritik tajam terhadap berbagai persoalan bangsa. Dalam buku Demokrasi La Roiba Fih ini Cak Nun justru berusaha menempatkan diri pada posisi pro terhadap kejadian apapun yang sedang berlangsung. Tentu saja dengan justifikasi yang menarik, out of the box, dan tidak meninggalkan satire yang selalu membuat pembaca merasa getir terhadap isu yang diangkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com