Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinergi Proteksi Optimal untuk Si Kecil

Kompas.com - 22/07/2010, 13:54 WIB

KOMPAS.com - Dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA, Ketua Satgas ASI-PP IDAI memaparkan bahwa kesehatan anak yang optimal dapat tercipta bila sejak lahir diberikan makanan terbaik (ASI eksklusif), nutrisi seimbang, pengasuhan optimal, imunisasi, penyediaan air bersih, dan sanitasi sehat.

Sayangnya, menurut Tiwi demikian panggilan akrab I Gusti Nyoman Partiwi, angka menyusui eksklusif di negeri ini masih sangat rendah, sekitar 20-27 persen, karena banyak faktor yang terabaikan.

Misalnya saja, karena ekonomi keluarga yang memerlukan ibu untuk bekerja, sehingga sebelum masa penyusuan eksklusifnya selesai, sang bunda harus kembali bekerja. Belum lagi, sampai saat ini masih banyak rumah sakit dan sarana kesehatan yang belum 100 persen berpihak pada bayi yang baru lahir untuk mendapat ASI, sehingga sang ibu tidak terbimbing untuk menyusui. Kendala lainnya, seperti belum banyak tersedianya fasilitas "mother friendly breastfeeding" di kantor atau tempat umum sehingga membuat persentase menyusui di masyarakat masih rendah.

Peran ASI
ASI adalah awal terbaik untuk membesarkan anak sehat, dengan ragam manfaat jangka panjang yang amat baik bagi kelangsungan hidupnya.

"Anak-anak yang mendapat ASI kelak menjadi pribadi yang sehat. Bukan hanya fisik karena terhindar dari risiko diare, alergi susu sapi, obesitas, serta penyakit metabolik dan kardiovaskular, tetapi mendapat sekaligus tiga aspek tumbuh kembang yaitu nutrisi terbaik, perlindungan kekebalan dan selama proses menyusui terjadi. Mereka akan mempunyai kesehatan prima, bukan hanya fisik, tetapi menjadi anak yang cerdas 'emosi dan spiritual'," tukas Tiwi.

Di bulan Agustus mendatang, untuk terus menggaungkan manfaat ASI, World Alliance Breastfeeding Action (WABA) dengan lebih dari 100 negara peserta akan mengangkat tema "Just Ten Step, The Babyfriendly Hospital Way". Tujuannya menekankan kunci sukses menyusui dengan memberi pengertian ke semua pihak bagaimana ASI diproduksi dan menghindarkan hal yang memperburuk proses menyusui. PP IDAI juga akan mengeluarkan buku Indonesia Menyusui untuk mendorong semua pihak membantu bayi mendapatkan hak ASI.

Imunisasi
ASI menjadi imunisasi pasif yang didapatkan si anak dari air susu ibunya. Ketika kekebalan tubuhnya masih rendah, ASI memberikan kekebalan yang sangat berarti.

Namun, selain pemberian ASI, imunisasi pun menjadi sebuah kebutuhan penting yang bersinergi sebagai perlindungan dari serangan penyakit.

Imunisasi penting dilakukan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu sehingga anak terhindar dari penyakit yang dapat membahayakan kesehatannya. Ia bekerja dengan memasukkan antigen tertentu, sehingga sistem kekebalan tubuh anak akan terangsang.

Ada dua istilah imunisasi aktif dan pasif. Istilah pertama mengacu pada kekebalan secara aktif dihasilkan oleh tubuh si anak, misalnya saja vaksinasi. Sedangkan yang kedua, berarti ada kekebalan yang didapatkan secara pasif, dengan ASI atau pemberian Anti Tetanus Serum sebagai contohnya.

Perbedaan keduanya, adalah dari waktu proteksinya. Untuk yang pasif akan hilang dalam periode pendek, dan imunisasi aktif akan memberikan perlindungan lebih lama. Maka, bayi dengan ASI eksklusif tetap perlu diperkuat dengan pemberian imunisasi aktif atau vaksinasi agar mendapat perlindungan optimal.

Sebagai bagian dari proses imunisasi, vaksinasi sendiri merupakan tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari mikroorganisme patogen yang tidak menimbulkan sakit dan mampu mengaktifkan sistem kekebalan.

Tiwi memaparkan bahwa vaksinasi mempunyai berbagai keuntungan, yaitu pertahanan tubuh terhadap penyakit tertentu yang akan dibawa seumur hidup, cost effective, tidak berbahaya, reaksi serius jarang terjadi-jauh lebih jarang ketimbang komplikasi yang timbul bila terserang penyakit secara alami.

Salah satu jenis vaksinasi yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah vaksinasi IPD. Ia bermanfaat untuk melindungi anak dari penyakit invasif yang disebabkan kuman pneumococcus, antara lain radang paru dan radang otak. Faktor risiko kuman ini adalah pada bayi yang tidak mendapat ASI, infeksi virus pada saluran napas, perokok pasif, anak yang dititipkan pada tempat penitipan anak, atau negara empat musim pada musim dingin.

Pemberian vaksinasi ini melihat faktor risiko pada bayi. Tiwi menuturkan bahwa pada saat bayi berusia 2 bulan, pemberian IPD dapat dimulai. Dan karena IPD termasuk vaksin yang mati, maka pemberiannya bila dimulai saat usia 2 bulan, perlu pengulangan beberapa kali.

(AJG/Kompas Klasika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com