Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daycare, Solusi Ibu Bekerja?

Kompas.com - 27/09/2010, 13:44 WIB

KOMPAS.com - Perempuan masih dihadapkan pada masalah bagi peran. Meski sulit memilih prioritas, pada akhirnya ibu bekerja tetap akan menomorsatukan perannya sebagai ibu dari balita yang masih membutuhkan perhatian. Ragam cara diupayakan agar perempuan mampu memenuhi kebutuhannya, sebagai ibu, individu, pekerja, dan mahluk sosial.

Angelina Sondakh, anggota DPR RI yang juga mantan Puteri Indonesia 2001, mengungkapkan bagaimanapun ibu bekerja memiliki naluri mengasuh yang tinggi saat bayi berusia 0-3 bulan. Perspektif ini dibuktikan dengan pengalaman Angelina sendiri saat mengasuh Keanu Jabaar Massaid.

"Saya membawa Keanu ke kantor setiap hari karena waktu itu saya belum mendapat cuti. Karena setiap 1,5 jam harus memberikan ASI, jadi lebih mudah jika membawa serta bayi saat bekerja. Saat makan siang, karena rumah dekat dengan kantor, saya juga sempatkan pulang," papar perempuan yang akrab disapa Angie ini, saat talkshow Daycare 2010 bertajuk "Multi Peran Ibu Bekerja untuk Kehidupan Profesional, Domestik, Sosial, dan Pribadi", yang diadakan Unilever Indonesia, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan pengalamannya, yang juga dilatari pemikirannya untuk menjawab problem ibu bekerja, Angie mengaku sudah "berteriak" di sidang paripurna DPR untuk mengajukan daycare atau tempat penitipan anak.

Manfaat daycare
"Daycare adalah hak anak untuk mendapatkan lingkungan yang tenang dan mendidik. Selain itu juga mendukung pemenuhan hak perempuan untuk berpartisipasi dalam publik dan politik," paparnya.

Menurut Angie, daycare bukan sekadar penitipan anak. Sebagai orangtua, Anda tentu tak ingin anak hanya unggul secara pikiran atau pintar saja. Anak juga perlu bergaul dalam lingkungan sosial. Hasil yang ingin dicapai adalah anak belajar dari lingkungan sosialnya untuk membentuk karakter dirinya.

"Daycare yang baik memberikan ilmu sosial dan juga pendidikan untuk menghasilkan anak yang tangguh, memiliki daya saing, daya banding, membangun empati, teamwork, semangat untuk membantu, dan tidak pencemburu," tambahnya.

Angie mengajukan fasilitas nursery room dan daycare di DPR sejak 2009 lalu. Harapannya, agar perempuan bekerja, dalam hal ini partisipasinya dalam politik, terfasilitasi kebutuhannya sebagai ibu. Jika saja parlemen memiliki fasilitas yang mendukung ibu bekerja, akan menjadi contoh baik bagi perusahaan lain, jelas istri Adjie Massaid ini.

"Di DPR tidak ada nursery room atau daycare meskipun proposal sudah diajukan. Padahal biayanya tidak terlalu besar untuk membuat fasilitas ini," paparnya.

Menurut Angie, DPR bisa memberikan contoh untuk memulai membangun kebijakan perusahaan atau institusi yang ramah perempuan. Selain juga mendorong pemerintah membuatkan peraturan pemerintah agar perusahaan bisa menjalankan kebijakan ramah perempuan dalam program corporate social responsibility (CSR).

"Perusahaan bisa membuatkan nursery room atau daycare sebagai program CSR," lanjutnya.

Isu ini bisa dibawa dalam rapat Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR, kata Angie. Meskipun Angie menyadari, sekaligus menyayangkan, anggaran untuk perempuan masih sedikit sekali.

Fasilitas daycare di perkantoran rasanya masih menjadi harapan para perempuan bekerja, agar anak tetap senang saat ditinggalkan bekerja, dan perusahaan pun mendapatkan keuntungan karena karyawan bisa meredakan kekhawatiran saat meninggalkan anaknya untuk bekerja. Dengan itu, karyawan lebih tenang dan produktif bekerja.

Tak adanya fasilitas ini tak lantas membuat perempuan bekerja patah arang. Banyak cara untuk menyiasatinya. Membangun kekompakan bersama suami untuk berbagai tugas, mencari pengasuh berkualitas dari yayasan profesional yang bisa menjaga sekaligus mendidik anak, menitipkan anak pada orangtua, atau cara lain yang memberikan rasa tenang, tutur Angie.

Namun sebaiknya perempuan tidak dipaksa memilih antara pekerjaan dan rumah tangga, karena perempuan juga memiliki hak berkontribusi dalam ranah publik.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com