Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Para Ibu Melawan Kemiskinan

Kompas.com - 28/09/2010, 03:17 WIB

Semula pekerjaan menenun dikerjakan perseorangan dan modal selalu jadi kendala. Harga benang yang baik bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Namun, sejak ada Program Simpan Pinjam Perempuan, kini persoalan modal tak lagi terlalu jadi masalah bagi mereka.

Seperti halnya Kelompok Wisata Bahari yang beranggotakan perempuan di pesisir Riung, Kelompok Usaha Bersama Satu di Desa Benteng Tengah ini juga mendapat dana dari Program Simpan Pinjam Perempuan untuk menjalankan usaha tenun bersama.

Menurut Flora Pena (44), Ketua Kelompok Usaha Bersama Satu, sudah empat kali mereka mendapatkan pinjaman. ”Tahun 2010 kami mendapatkan pinjaman Rp 20 juta. Uang itu dipakai untuk modal membuat kain tenun. Kalau sendiri-sendiri, berat karena biaya benang mahal,” ujarnya.

Bagi Flora dan anggota kelompoknya yang adalah ibu rumah tangga, tidak terbayangkan mendapatkan pinjaman untuk modal usaha. ”Kalau ke bank, tentu kami tak mungkin diberi pinjaman. Suami hanya buruh tani dan tidak ada yang bisa diagunkan. Ke rentenir juga tidak berani, bunganya sangat tinggi,” ujar Flora.

Sulit pula dibayangkan punya pendapatan dari usaha sendiri. Hasil penjualan kain tenun mereka sebagian disimpan di kas kelompok dan selebihnya dibagikan. ”Uang yang didapat biasanya untuk biaya rumah tangga,” ujar Flora.

Anggota Kelompok Wisata Bahari juga para ibu rumah tangga dan belum pernah berjualan ikan asin sebelumnya kecuali Siti Ria. Menurut Rosmawati, suami mereka yang berprofesi tukang mebel, pedagang ternak, guru, dan nelayan tidak keberatan. Uang yang mereka peroleh ikut menambah penghasilan keluarga.

”Kami sudah bisa membeli perabot, membangun rumah, dan membayar biaya sekolah anak-anak,” ujar Rosmawati.

Pengembalian tinggi

Dalam program PNPM Pedesaan di daerah ini, ada dua model pinjaman usaha, yakni Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan keanggotaan laki-laki dan perempuan serta Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang bertujuan memfasilitasi perempuan. Anggota UEP kemudian lebih banyak laki-laki.

Uniknya, tingkat pengembalian di kedua model itu berbeda. Menurut kajian Bank Dunia, rata-rata pengembalian pinjaman dari UEP hanya 38 persen. Program itu dihentikan tahun 2004. Sebaliknya, di program SPP rata-rata pengembalian mencapai 90 persen dan program itu berlanjut hingga kini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com