Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjinakkan Risiko Komplikasi pada Diabetesi

Kompas.com - 19/10/2010, 12:39 WIB

KOMPAS.com — Diabetes merupakan penyakit yang merusak dan mahal. Kenaikan kadar gula darah yang tak terkontrol dan terjadi terus-menerus bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil dan besar yang berujung pada gangguan penglihatan, gagal ginjal, impotensi, penyakit jantung, serta stroke.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000. Separuh dari jumlah tersebut tidak menyadari penyakitnya dan baru terdiagnosis ketika sudah ada komplikasi.

Kebanyakan penderita diabetes (diabetesi) mengetahui penyakitnya di usia produktif. Namun, akibat penyakit ini mereka harus menghadapi risiko kesehatan yang normalnya harus dihadapi orang-orang yang jauh lebih tua.

Diabetesi menghadapi risiko stroke lima kali lebih banyak dan risiko penyakit jantung empat kali lebih banyak dibanding mereka yang bukan penderita diabetes.

"Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus dapat memicu peningkatan timbunan zat-zat lemak pada dinding pembuluh darah," urai Profesor Sarwono Waspadji, pengajar di Divisi Metabolik dan Endokrinologi, FKUI Jakarta.

Timbunan zat-zat lemak tersebut pada akhirnya bisa menyebabkan sumbatan pada aliran darah sehingga pembuluh darah menjadi lebih kaku. "Hal ini akan mempercepat timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah," kata Sarwono dalam sebuah acara media edukasi mengenai komplikasi diabetes di Jakarta beberapa waktu lalu.

Mekanisme terjadinya komplikasi, menurut Sarwono, bisa dijelaskan oleh beberapa teori; gabungan dari faktor genetik, faktor metabolik, teori lipid (lemak), serta kerusakan endotel (lapisan pembuluh darah).

"Diabetes melitus adalah kelainan yang kompleks. Pengelolannya tidak sederhana dan gula darah bukan satu-satunya target," tambah dokter yang menjabat sebagai Ketua Panitia Jakarta Diabetes Meeting 2010 ini.

Sementara itu, dr Imam Subekti, SpPD-KEMD, mengatakan, kondisi resistensi insulin pada penderita diabetes akan menyebabkan gangguan pada metabolisme lemak yang berujung pada peningkatan trigliserida dan kolesterol jahat.

"Profil lemak yang demikian memudahkan terjadinya pengerasan pembuluh darah dan berakibat pada penyakit pembuluh darah besar maupun kecil," kata Imam.

Data lain menyebutkan, peningkatan berat badan yang sedikit sekalipun bisa meningkatkan risiko diabetes. "Makin gemuk, makin tinggi kolesterolnya dan tekanan darah tingginya sehingga risiko untuk terkena penyakit jantung meningkat," kata Kepala Divisi Metabolik dan Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta.

Karena itu, Imam menyarankan agar diabetesi tidak hanya mengontrol kadar gula darahnya, tetapi juga kadar kolesterol dan tekanan darah tingginya. "Dislipidemia diabetik merupakan faktor penyebab utama penyakit jantung," tegasnya.

Penanganan terpadu

Dalam acara Jakarta Diabetes Meeting (JDM) yang akan berlangsung pada 8-10 November 2010 mendatang, para ahli akan mengangkat isu mengenai komplikasi kronis yang dapat ditimbulkan penyakit diabetes pada jantung dan pembuluh darah.

Mengambil tema "Diabetes: Lipid and Vascular Risk", JDM ingin mengingatkan masyarakat akan bahaya komplikasi diabetes. "Komplikasi yang perlu diwaspadai, terutama pada lemak tubuh serta jantung dan pembuluh darah," kata Dr Dante Saksono Harbuwono, SpPD, Ketua Panitia JDM.

Masyarakat diharapkan dapat menjaga kadar gula darah mendekati normal. Target gula darah yang disarankan adalah kurang dari 80-109 mg/dl untuk gula darah puasa dan 80-144 untuk gula darah sewaktu. "Penelitian menunjukkan, gula darah yang terkendali mampu menekan risiko komplikasi hingga 12 persen," kata Sarwono.

Selain gula darah, perhatikan pula tekanan darah agar tidak melebihi 130/80 mmHg, kadar kolesterol jahat (LDL) kurang dari 100 mg/dL, trigliserida kurang dari 150 mg/dl, dan kolesterol baik (HDL) lebih dari 40 mg/dl. Yang tidak kalah penting adalah menjaga berat badan agar indeks massa tubuh berada dalam kisaran normal (18,5-23).

Sarwono mengingatkan bahwa penurunan risiko komplikasi pada diabetesi hanya bisa terjadi jika diabetes dikelola secara konsisten. "Risiko komplikasi bisa dikurangi setelah pengendalian gula darah selama 10 tahun. Jadi kalau mau kelihatan hasilnya, kendalikan gula darah secara terus-menerus, bukan hanya 1-2 tahun," katanya.

Hal tersebut berarti yang diperlukan adalah melakukan gaya hidup sehat supaya keadaan penyakit terkendali. Melakukan aktivitas fisik secara teratur serta mengatur menu makanan dengan mengurangi konsumsi lemak hingga 25 persen dari total kalori harian bukan hanya membuat gula darah Anda tetap stabil, melainkan juga lemak dan timbangan Anda.

Dengan tekad yang kuat untuk mengubah gaya hidup, mungkin bukan hanya risiko komplikasi yang dikurangi, bahkan mungkin Anda juga bisa tidak perlu minum obat lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com