Jakarta, Kompas -
Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Beracun Berbahaya (B3) dan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Masnellyarti Hilman menyatakan, uji laboratorium sampel tanah di lahan ExxonMobil itu menunjukkan kandungan merkuri sangat tinggi. ”Kemungkinan itu merkuri itu adalah limbah pengolahan gas alam ExxonMobil yang tercecer,” kata Masnellyarti.
Areal eks bengkel, klinik,
Analisis laboratorium Pusat Pengendalian Dampak Lingkungan menyatakan, dua sampel tanah dari areal utama itu menunjukkan kandungan merkuri mencapai 303.379 miligram per kilogram dan 43.030 miligram per kilogram tanah. KLH juga mengambil sampel tanah sekitar 15 meter dari areal utama, yang ternyata mengandung merkuri 88 miligram per kilogram tanah. Sementara sampel tanah sekitar 25 meter dari area utama mengandung 21 miligram per kilogram tanah.
”Sampel tanah dari areal utama penemuan itu menunjukkan kandungan merkuri di atas 300.000 miligram per kilogram tanah. Areal itu sudah dibersihkan dan tanah yang tercemari merkuri telah diangkut ke pengolah limbah. Namun, di luar area yang diangkut pun masih ditemukan tanah dengan kandungan merkuri sangat tinggi sehingga kami meminta ExxonMobil memperluas daerah pengambilan sampel tanah,” tutur Masnellyarti.
Sejak 4 Oktober, ExxonMobil telah memulai pembersihan lokasi dan mengangkut 50 ton tanah dari areal utama ke PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ExxonMobil seharusnya melaporkan hasil pengujian sampel baru pada pekan ketiga Desember, tetapi hingga Selasa (28/12) laporan itu belum diterima KLH.
Vice President of Public Affair ExxonMobil Indonesia Maman Budiman, melalui layanan pesan singkat, menyatakan bahwa pihaknya masih membersihkan lokasi penemuan merkuri itu. ”Pengambilan sampel tahap kedua baru dimulai pekan lalu, 21 Desember,” tulis Maman, Selasa.
Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nanggroe Aceh Darussalam TM Zulfikar menyatakan, pembersihan yang dilakukan ExxonMobil lambat. ”ExxonMobil tidak pernah menjelaskan kepada publik di Aceh bagaimana perkembangan pembersihan tanah yang tercemari merkuri itu,” kata Zulfikar.
Laporan Environmental Protection Agency Amerika Serikat yang dikutip
Merkuri adalah logam yang bersifat cair, melebur pada suhu -38,87 derajat, dan menguap dalam suhu normal ruangan, yaitu 25-38 derajat celsius. Di udara, uap merkuri bersifat persisten, akan bertahan di atmosfer antara 6 hingga 18 bulan. Saat meluruh, merkuri bisa memasuki rantai makanan, utamanya memasuki rantai makanan ekosistem kelautan dan perairan.