Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Diri Lewat Tubuh

Kompas.com - 07/02/2011, 09:14 WIB

Tergiur dengan kemungkinan tadi dan keinginan bereksplorasi sebagai pengarang, pamitlah pengarang ini pada istri dan anak-anak di rumah. Ia ingin liburan sendiri selama enam bulan. Kesempatan itu diam-diam hendak dia manfaatkan untuk menjalani pengalaman bertukar tubuh untuk sementara waktu, dengan tubuh yang lebih muda, lebih sehat, lebih ganteng, sempurna seperti patung-patung di museum di Inggris.

Apa jadinya ketika si pengarang telah memiliki tubuh yang lebih muda, lebih atletis? Pertama-tama agak canggung. Dia merasa agak ketinggian. Kalau duduk di mobil dengkulnya sering terbentur sesuatu karena kaki ini lebih panjang.

Kemudian dia mulai petualangannya dengan tubuh baru. Tubuh sebagai sekadar fasilitas, sebagai peranti. Pengalaman baru ini toh membenturkan dirinya dengan pertanyaan, apakah aku masih aku dengan tubuh yang ini? Dengan tubuh yang berbeda?

Metamorfosis kalangan urban
Operasi plastik, operasi kecantikan, face-lifts, dan semacamnya mungkin sebaiknya dilakukan oleh mereka yang tak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan seperti tadi. Taruhlah pertanyaan mengenai otentisitas dan sesuatu yang natural.

Dibandingkan di beberapa tempat di mana operasi plastik sudah dianggap biasa—di Asia taruhlah Jepang, Korea, dan Thailand di mana pelaku lebih terbuka—di Indonesia para pelaku masih sangat tertutup. Jarang yang bersedia secara terbuka membeberkan pengalaman mengenai operasi yang telah dijalani untuk mempercantik diri.

Dalam pergaulan sosial kalangan tertentu, hal-hal seperti itu paling-paling menjadi gunjingan. Sejumlah perempuan umumnya melakukan secara diam-diam di luar negeri, biasanya di Singapura atau Thailand. Mereka akan menghilang beberapa waktu, sulit dihubungi seperti tak jelas rimbanya, sampai suatu saat muncul lagi dengan tampilan lebih cantik. Itulah proses metamorfosis sebagian orang dari dunia urban kita.

”Di luar negeri sudah lumrah. Seperti di Korea cewek akan bangga kalau bisa melakukan operasi mata (di Korea banyak wanita melakukan operasi agar mata kelihatan lebih besar, tidak sipit). Berarti mereka punya duit,” kata seorang wanita, yang menjalani sejumlah operasi kecantikan. Wanita ini kebetulan memiliki semacam klinik kecantikan di Jakarta Pusat yang bisa mengantarkan orang untuk melakukan operasi kecantikan. ”Saya sendiri senang, maka sebelumnya saya melakukan untuk diri sendiri,” ucapnya.

Dia menunjuk antara lain hidungnya. Hidung itu pernah digarap oleh operasi, istilahnya ”nose job”. Hidung dimancungkan, dengan menyisipkan tulang yang diambil dari bagian tubuh dirinya yang lain. ”Ini dulu yang diambil,” ujarnya menunjukkan sikut kanannya. Di dekat sikut itu terdapat sedikit bekas jahitan. Tulang untuk menambal hidung, katanya, diambil dari situ. ”Diambil dikit, dikikir-kikir, kemudian dimasukkan ke hidung,” ceritanya.

Dari pengalamannya sendiri maupun mengurusi klinik kecantikan, dia bercerita panjang lebar mengenai dunia bedah plastik. ”Di Indonesia belum seperti di negara-negara lain, meskipun kini sedikit-sedikit sudah mulai,” katanya. Dulu, face-lifts, misalnya, umumnya dilakukan orang-orang yang telah berumur. Sekarang, yang menjalani operasi kecantikan lebih beragam, menuju usia-usia lebih muda. Kepentingannya antara lain untuk membentuk tubuh. ”Laki-laki juga bisa melakukannya. Dengan liposculpture tubuh yang kurus bisa dibikin berotot kayak atlet,” katanya sembari menunjuk gambar-gambar.

Menurut dia, operasi kecantikan dalam beberapa hal sangat tergantung kepada dokter. Setiap dokter punya spesifikasi masing-masing. ”Dokter-dokter itu harus punya sense of art dan sense of beauty,” ujarnya.

Dengan keahlian yang dimiliki setiap dokter, kalau mau tubuh betul-betul sempurna, katanya, operasi harus dilakukan oleh beberapa dokter. Misalnya khusus untuk wajah dokter siapa, untuk payudara siapa, dan seterusnya.

Makanya, operasi kecantikan—sebagaimana usaha mempercantik diri secara terus-menerus—umumnya menimbulkan kecanduan. Katakanlah ini sebagai upaya mencari diri, lewat tubuh.

(Bre Redana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com