Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro dan Kontra Menjadi Karyawan Perfeksionis

Kompas.com - 15/03/2011, 13:18 WIB

KOMPAS.com - Karyawan yang memiliki ambisi tinggi untuk sukses dalam karier tentu akan berupaya segala cara, salah satunya berusaha mengerjakan segala tugasnya dengan sesempurna mungkin, menjadikannya seorang perfeksionis. Menjadi seorang perfeksionis mungkin bagus untuk pekerjaan, tetapi sifat ini juga punya sisi negatif. Apa saja pro dan kontranya?

Positif
Atasan akan bisa bergantung sepenuhnya kepada Anda saat memercayakan tugas-tugas penting dan genting, dan hasil kerjanya pun memuaskan serta tidak banyak perlu dikoreksi. Seorang karyawan yang perfeksionis pasti akan dipandang sebagai karyawan yang bisa diandalkan oleh atasan, rekan kerja, klien, dan orang-orang yang bekerja dengannya. Performa kerja yang konsisten serta bagus bisa jadi sebuah sumber kepuasan dan rasa bangga bagi karyawan yang ambisius.

Negatif
Saat batasan yang dipasang begitu tinggi, kadang sulit untuk selalu bisa mencapai performa yang sama terus menerus. Menjadi seorang perfeksionis membuat Anda mencapai puncak performa tinggi, dan selalu mengejar titik tinggi tersebut. Di awal, para bos dan rekan kerja akan merasa hasil kerja Anda sangat mengagumkan, setelah berulang kali menyamakan performa tinggi itu, makin tinggi pula standar yang diharapkan dari Anda.

Saat bekerja bersama orang yang perfeksionis dan selalu mencapai yang terbaik, rekan-rekan kerja lainnya bisa jadi menurunkan performa kerjanya karena mereka tahu, kekurangan mereka akan dipenuhi dan dilengkapi oleh orang yang perfeksionis itu. Serupa, teman satu tim karyawan perfeksionis itu bisa merasa kurang puas ketika keputusan dan hasil kerja mereka dikecilkan oleh orang yang terus menerus merasa selalu ada ruang untuk perbaikan dan penyempurnaan.

Saat performa kerja menurun
Dalam rangka mencapai performa kerja tetap tinggi pada semua pekerjaan yang diberikan padanya, sebagian perfeksionis akan kehabisan waktu dan energi untuk menyelesaikannya. "Ingat, pekerjaan adalah sebuah produksi hasil. Suka atau tidak, reputasi terbentuk dari hasil kerja, bukan kekurangan dan kelalaian kecil dari cara kerja," ujar Ed Muzio, pengarang Make Work Great dan Four Secrets to Liking Your Work.

Misal, Anda bisa saja berkorban dan mencoba menuliskan hasil report terbaik yang pernah ada, tetapi jika hasil report itu datang sangat terlambat pada rapat besar dengan dewan direksi, percuma saja. Serupa, berusaha memberikan bos dengan informasi dan data mengenai 5 kompetitor padahal ia hanya minta 3 hanya akan membuang waktu kerja, dan tidak efisien.

"Tentu, Anda akan mencoba bekerja berjam-jam, lembur, begadang, supaya menghasilkan pekerjaan yang sempurna. Tetapi perlu disadari, itu adalah strategi pendek. Semakin lelah dan penat karena kurang istirahat dan tidak bisa mengerjakan hal-hal lain, makin mungkin Anda melakukan kesalahan saat mengerjakan pekerjaan berikutnya," ujar Muzio.

Perfeksionis cenderung menjadi seorang penunda pekerjaan ketika menyangkut pengambilan keputusan mengenai kariernya. "Tipe seperti ini mendapati dirinya siap untuk melakukan perubahan terhadap kariernya, tetapi mereka tidak pernah melakukannya. Contoh, mereka tahu mereka butuh memulai jejaring kerja, mereka berniat melakukannya, setelah resumenya kelar dibuat, setelah jadwal tak terlalu sibuk, setelah tugas yang itu kelar, setelah...." tutur Elizabeth Freedman, pengarang Work 101: Learning the Ropes of the Workplace Without Hanging Yourself.

Takut untuk melakukan pergerakan yang salah atau mencapai posisi yang terlalu menuntut mereka supaya selalu bekerja sempurna, membuat perfeksionis membatasi karier dan perkembangan diri.

Beberapa hambatan lain yang dihadapi perfeksionis:

- Melewatkan tugas penting karena takut tidak bisa mengerjakannya dengan sempurna.
- Membuat hubungan kerja tegang karena menjadi orang yang pemilih atau cemas berlebihan.
- Tak berani minta bantuan karena ingin semua orang melihatnya sebagai orang yang mampu mengerjakan segalanya tanpa merepotkan orang lain.
- Menanggung kritik terlalu pribadi ketimbang melihat kebenarannya dan menjadi lebih baik.
- Mengabaikan intuisi gol karier gara-gara memusingkan jalan yang benar.

Jadi, apa yang harus dilakukan seorang perfeksionis?
"Berhentilah berpikir bahwa Anda harus mencapai nilai sempurna A padahal nilai B saja sudah cukup baik. Pekerjaan sudah bukan masa sekolah, dan nilai-nilai atau angka itu sudah tak lagi penting. Jika Anda mendapati menunda pekerjaan yang Anda tahu harus segera dikerjakan hanya karena belum siap atau Anda merasa belum bisa mengerjakan pekerjaan yang sempurna, paksakan diri untuk mulai bekerja. Mengerjakan pekerjaan yang tak sempurna 100 persen lebih baik ketimbang tidak bertindak sama sekali," saran Freedman.

"Sadarilah bahwa kadang cukup bagus sudah cukup bagus. Jangan biarkan gairah Anda padam karena kualitas, tetapi seimbangkan dengan sisa keadaan lain di pekerjaan dan sisa hidup Anda di luar pekerjaan," tutur Muzio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com