Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mode Jam Tangan ala Pasar Senen

Kompas.com - 13/04/2011, 03:10 WIB

Jam tangan keren bukan lagi hanya milik orang berduit. Punya uang Rp 5.000, sebuah jam tangan keren murah meriah pun bisa dibawa pulang, dikoleksi, dan dipadupadankan dengan pakaian yang dikenakan.

Pasar dengan segmen menengah bawah itu yang dibidik pedagang jam di Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Di konter jam tangan itu ada ratusan bahkan ribuan jam tangan beraneka warna dan gambar. Ada yang hitam, putih, merah, ungu, kuning, biru, atau oranye. Ada pula yang bergambar Mickey Mouse, Barbie, atau Upin Ipin. Sebagian besar jam tangan itu bertuliskan merek-merek jam tangan terkemuka. Tentu saja, keaslian mereknya dipertanyakan.

Biasanya, jam yang dipajang adalah jam yang sedang naik daun. Agar terlihat menarik, setiap jam dikemas dengan plastik bening. ”Jam tangan ini memang mengejar mode, bukan kualitas,” ujar Udin, seorang penjual jam tangan di Pasar Senen, Senin (11/4).

Bahkan, sebuah merek yang ditawarkan di situs dengan harga Rp 100.000 bisa diperoleh di Pasar Senen dengan harga Rp 20.000 saja.

Kendati murah meriah, bukan berarti kualitas seluruh jam tangan itu sembarangan. Untuk membuktikan kualitasnya, penjual tidak segan-segan merendam jam yang tahan air ke dalam gelas plastik yang masih berisi air mineral. Gelas itu lantas dipajang agar bisa terlihat semua orang yang melewati konter.

Ani, penjual jam di Pasar Senen, menuturkan, ketahanan baterai jam sekitar satu tahun. ”Tapi, kekuatan mesin jam tidak dijamin,” ucapnya.

Kendati begitu, tidak banyak pembeli yang mengeluhkan kualitas jam yang dibeli dari Pasar Senen. Semua pihak tampaknya sudah saling mengerti bahwa jam yang dijual di situ memang tidak untuk digunakan dalam jangka panjang.

Setiap hari ada saja pemburu jam tangan asal China itu. Selain pengguna langsung, sejumlah pembeli adalah pedagang eceran di berbagai daerah.

Sami, misalnya, mencari sebuah jam tangan berwarna putih. Dia mengambilnya dan langsung membayar kepada penjual. ”Ini bukan buat saya, tetapi titipan pembeli. Kemarin saya bawa jam model ini, tetapi (jam tangan) warna putihnya sudah keburu habis,” kata Sami yang memasarkan jam tangan berkeliling di kawasan Muara Karang.

Pelanggan umumnya adalah perempuan yang masih muda. Sebagian dari mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

Sejumlah pembeli juga mengambil barang dalam jumlah besar sehingga bisa mendapatkan harga grosir. Mereka lantas menjualnya dengan harga eceran.

”Sebulan, 2-3 kali saya ke Pasar Senen untuk kulakan. Jam yang saya beli di sini dijual lagi oleh istri saya ke pabrik-pabrik di Subang. Lumayanlah, sudah tiga tahun saya usaha begini,” tutur Amron, pembeli jam.

Amron menambahkan, jam tangan yang murah meriah itu juga dipengaruhi tren. Merek baru dengan desain menarik bisa laris terjual sampai 40 buah dalam satu kali belanja.

Soal harga, dia membeli jam-jam seharga Rp 13.000-Rp 15.000 per buah. Jam itu lantas dijual lagi seharga Rp 25.000 per buah. Selisih harga itulah yang menghidupi Amron dan keluarga.

Memang, Amron mengakui ada sejumlah kelemahan jam tangan di sana, antara lain, kualitas tali yang tidak kuat sehingga cepat putus.

Penjualan jam tangan ala Pasar Senen ini sangat laris. Udin mengatakan bahwa dalam sehari sedikitnya 200 jam tangan terjual. Padahal, di sana ada belasan pedagang jam tangan. Dunia mode yang tidak mengenal batas membuat jam tangan beraneka jenis ini selalu laris manis.

Yang pasti, solusi ala Pasar Senen ini membuat orang dengan budget pas-pasan bisa tetap modis tanpa harus koruptif.(Agnes Rita Sulistyawaty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com