Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Gaya Kampus Mengubah Cara Orang Berpakaian

Kompas.com - 08/05/2024, 21:36 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Umumnya setiap brand busana memiliki ciri khas yan membuat orang mengenalinya. Ada brand yang dikenal lewat gaya yang resmi dan rapi, ada pula yang karyanya serba gemerlap, namun banyak pula yang sebagian besar koleksinya adalah busana kasual.

Tentu gaya-gaya ini tidak lepas dari sejarahnya. Ada misalnya yang berakar dari olahraga, dari busaya daerah tertentu, hingga kehidupan kampus atau kota besar. Salah satunya adalah Gant, merek Swedia yang berasal dari Amerika dengan gaya preppy-nya.

Preppy style merupakan style berpakaian yang terinspirasi oleh penampilan kalangan mahasiswa bergengsi di Amerika. 

Istilah `Preppy` diambil dari kata `Prepparatory` atau persiapan. Di Amerika ada yang disebut dengan Prepparatory School, yakni sekolah yang khusus mempersiapkan siswa-siswinya untuk melanjutkan studi ke Universitas. 

Tampilan preppy look menggambarkan busana remaja Amerika saat itu yang hendak menjadi seorang mahasiswa. Kesan rapi, elegan, cerdas, tapi tetap muda menjadi ciri dari gaya busana ini.

Pakaian preppy biasanya mencakup polo shirt, sweater berkerah, celana chino, dan sepatu loafers. Warna-warna yang dominan dalam gaya ini umumnya bersifat netral, seperti navy, merah maroon, dan putih.

Kebetulan brand Gant sendiri hadir dan berkembang di masa ketika gaya ini populer di kampus-kampus di wilayah pantai timur Amerika Serikat.

Sejarah Gant

Kisah Gant dimulai dari seorang anak laki-laki Ukraina yang mencari kehidupan yang lebih baik dengan berlayar ke Amerika. Berl Gantmacher masih berusia 17 tahun ketika ia berlayar ke New York City. Arsip di Pulau Ellis mencatat kedatangannya pada 12 November 1907.

Seperti banyak imigran lainnya, dia mengubah namanya dari Berl menjadi Bernard. Dia mendaftar di kelas malam di Fakultas Farmasi Universitas Columbia, tetapi pada siang hari dia mendapatkan pekerjaan di Distrik Garment yang ramai di kota itu. 

Pekerjaan itu membuatnya bisa menjahit, sekaligus membangkitkan jiwa kewirausahaannya. Dari pekerjaan itu, ia juga mengenal Rebecca Rose, seorang penjahit lubang kancing yang nantinya akan menjadi istrinya.

Saat pecahnya Perang Dunia Pertama, Bernard bergabung dengan Angkatan Darat AS dan pergi berperang di Prancis. Setelah menyelesaikan dinas militernya, dia kembali ke New York dengan keinginan baru untuk sukses. 

Dia lulus kuliah, menikah dengan Rebecca, dan memutuskan terjun ke dunia bisnis bersama rekannya Morris Shapiro, dengan mendirikan Par-Ex Shirt Company yang berbasis di Brooklyn.

Par-Ex membuat kemeja untuk merek lain, termasuk Brooks Brothers. Perusahaan baru ini sukses, dan pada tahun 1927 Perusahaan Kaos Par-Ex pindah ke kelas atas New Haven, Connecticut.

Pada saat itu New Haven adalah salah satu ibu kota pembuatan pakaian di Amerika. Salah satu alasannya adalah karena terdapat komunitas imigran Italia yang besar, banyak di antaranya adalah pekerja garmen berbakat.

Saat-saat yang baik bagi para Gantmacher. Bisnisnya berkembang – begitu pula keluarganya. Dua anak Bernard dan Rebecca, Marty dan Elliot, dibesarkan di New Haven dan membantu di pabrik kemeja.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com