Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berani Mengakui Kesalahan untuk Menang

Kompas.com - 02/05/2011, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Sering sekali hal-hal yang tidak enak terjadi di luar kesengajaan kita. Dalam dunia real-time dan media sosial yang "tell-all" begini, ucapan, sikap, pendapat atau perbuatan yang dinilai tidak pantas bisa segera menjadi bahan diskusi, sindiran, bahkan sampai menempatkan sosok yang menjadi sorotan sebagai bulan-bulanan.

Komentar negatif yang dilontarkan terhadap sebuah restoran tiba-tiba membuat orang lain terdorong timpal-menimpali membicarakan kejelekan restoran tersebut. Foto “nakal” dari masa lalu yang tersebar luas, bisa membuat individu diberi label negatif untuk masa yang panjang. Komentar yang tidak tepat di saat meeting, bisa membuat seseorang yang tadinya dikagumi menjadi disudutkan. Pejabat yang salah bicara atau tertangkap kamera melakukan perbuatan yang tidak patut, mau tidak mau harus siap mempertanggungjawabkan keteledorannya.

Kita sangat sadar bahwa nasib kita tidak selalu di atas angin. Kesalahan, yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak, sekejap mata bisa merusak reputasi dan langsung akan berdampak pada daya jual, respek, dan penerimaan orang.

Seorang direktur di sebuah perusahaan multi-nasional tadinya berkeyakinan untuk mengabdikan diri sampai akhir masa kerjanya di perusahaan. Saat angka penjualan anjlok, sebagaimana sudah diprediksi dan kerap dikemukakan di dalam rapat, yang bersangkutan kemudian disingkirkan tanpa alasan yang jelas. Ada teman yang kerap berkomentar: “Things happen”. Hal-hal yang tak terduga memang bisa saja terjadi.

Dalam kepemimpinan maupun bisnis, kejatuhan atau kegagalan sering sekali tidak tertahankan. Kita lihat banyak orang yang benar-benar merasa terpuruk, malu, dan sulit untuk bangkit. Apakah selalu berarti: “Sekali lancung ke ujian , seumur hidup orang tak percaya?” Masih bisakah kita merasa menang dan tetap bangkit di saat kesalahan kita disorot dan kelemahan kita dipertontonkan? Bukankah sangat manusiawi bila orang sesekali berbuat salah?

Jangan sembunyi
Perusahaan pizza yang terkenal dan tumbuh sangat pesat suatu waktu mendapat komentar negatif yang bertubi-tubi di media sosial. Ada yang mengatakan pizzanya keras dan tidak fresh lagi. Pelanggan lain menimpali bahwa delivery yang tadinya dijamin 30 menit pasti sampai, sekarang ternyata tanpa malu-malu terlambat sejam lebih. Orang-orang yang menyaksikan hal ini mengatakan, “ Perusahaan pizza ini pasti ambruk”.

Kenyataan ini sangat diakui oleh perusahaan tersebut. Bila mereka tidak bertindak dan melakukan sesuatu, maka reputasi, bisnis, dan kepercayaan pelanggan menjadi taruhannya. Hal yang kemudian dilakukan perusahaan adalah membongkar kembali resep-resep lama.

Mereka pun dengan sungguh-sungguh bereksperimen dengan menu dan kombinasi baru. Hal yang paling mengejutkan adalah bahwa dalam iklannya, perusahaan ini membenarkan bahwa servis dan produknya pernah gagal, tetapi mereka sekarang sudah melakukan perbaikan dan mempersilakan para pelanggan mencobanya. Para pelanggan yang menyaksikan iklan tersebut, memberi komentar positif dan menyatakan respek terhadap komitmen dan kebijakan perusahaan yang jelas dan segar ini. Hal yang paling penting lagi adalah para pelanggan lama mulai lagi mencoba pizzanya dengan rasa baru. Ternyata, keterpurukan perusahaan malah justru menjadi genjotan  baru untuk bangkit.

Kita melihat tidak ada gunanya bersembunyi dari kesalahan dan kegagalan. Dengan sikap gentleman perusahaan ini mengakui kesalahannya dan memperlihatkan bagaimana ia pemperbaiki kesalahan tersebut. Failure point ini  malah menjadi titik balik untuk membuat penjualan berlipat ganda.

Tidak heran juga bila kita tidak berkomentar negatif lagi tentang pejabat yang mengaku salah dan segera mengundurkan diri. Nama baiknya mungkin sempat tercoreng, tetapi paling tidak, untuk ke depannya, ia masih berkesempatan memperbaiki diri, bermodalkan tanggung jawab dan sikap fair-nya itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com