Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Calon Ibu Tak Suka Anak-anak

Kompas.com - 12/05/2011, 13:22 WIB

KOMPAS.comSaya wanita berusia 34 tahun dan belum menikah. Rencananya pertengahan tahun ini saya akan naik pelaminan bersama pasangan yang sudah menjalin hubungan dengan saya selama dua tahun terakhir. Selama ini ada satu hal yang menjadi kekhawatiran saya. Saya termasuk wanita yang tidak suka anak-anak. Jika kebetulan teman kerja ada yang membawa anak ke kantor, rekan-rekan lain sering gemas dan mengajak anak kecil itu bermain. Saya sendiri tidak melakukan hal yang sama karena memang tidak tertarik. Bagaimana nanti kalau punya anak sendiri? Saya pernah mengungkapkan kekhawatiran ini ke calon suami, tetapi dia tenang-tenang saja. Menurutnya, sikap saya pasti berbeda kalau nanti punya anak sendiri. Terus terang saya tidak terlalu yakin. Mungkinkah sifat saya ini dipengaruhi sikap ibu saya yang memang cenderung dingin dan kaku? Saya memang tidak sampai dikasari ibu, tetapi saya tidak pernah diajak bermain atau bermanja-manja. (Ovi, via e-mail)

Bila Anda merasakan hal yang dialami oleh Ovi di atas, sebenarnya Anda tak sendiri. Menurut Dra Tiwin Herman, MPsi, psikolog dari Universitas Indonesia, ia sering mendapat pertanyaan senada.

Naluri keibuan atau ada yang juga menyebutnya sebagai rasa keibuan (sense of motherhood) sebetulnya dimaknai sebagai tindakan seorang ibu yang memerhatikan, menyayangi, mengasihi, mendampingi, mengayomi, melindungi (baik fisik maupun psikis) anaknya. Kata "ibu" sendiri merujuk kepada perempuan sebagai calon ibu.

Oleh karenanya, lanjut Tiwin, ketika tidak bersikap demikian saat bertemu anak kecil, perempuan dewasa akan disebut belum mempunyai naluri keibuan. Sebaliknya, ketika ada gadis atau perempuan dewasa yang menyukai anak kecil, mereka akan dikatakan sudah mempunyai naluri atau rasa keibuan.

Pengertian di atas agaknya tidak berlaku untuk pria. Coba lihat, meski Kak Seto sepanjang hidupnya bergelut dengan anak-anak, tidak ada yang menyebut dia memiliki naluri kebapakan. Seorang bapak yang sangat peduli dan selalu memberi perhatian penuh kepada anak pun tidak pernah disebut mempunyai naluri kebapakan.

Merujuk pada hal di atas, seorang ibu yang dingin atau kaku belum tentu tidak memiliki naluri keibuan. Meski kaku, ia bisa saja tetap melakukan tindakan-tindakan seperti ibu pada umumnya. Akan tetapi, biasanya orang yang kaku atau dingin sulit mengekspresikan emosi. Itu sebabnya dia cenderung jarang melakukan kontak fisik dengan anaknya (mungkin seperti yang Anda rasakan).

Bila berbicara mengenai rasa keibuan, cara "menumbuhkannya" tidak dapat diukur dari senang atau tidak senangnya seseorang dengan anak kecil. Banyak ibu yang siap melakukan apa pun untuk anaknya sendiri, tetapi enggan bersinggungan dengan anak orang lain. Ada juga ibu yang hamil kemudian tidak mengurus anaknya, dan bahkan menyerahkan anaknya ke tangan orang lain yang mengurusnya secara total (bisa babysitter atau pembantu). Tanpa keterlibatan emosi antara ibu dan anak, bagaimana bisa ada rasa keibuan terhadap anaknya?

Menurut saya, hamil dan masa kehamilan bukanlah masa yang menentukan pembentukan naluri seorang ibu. Naluri keibuan dibentuk dari kemauan diri untuk terlibat dan menerima secara tulus kepada siapa pun, tentunya terlebih kepada anak sendiri. Dibutuhkan kesediaan, waktu, dan hati yang terbuka. Jadi, memang ada wanita yang sudah merasakan hal tersebut sebelum menikah, ketika hamil, atau setelah melahirkan. Bahkan, ada pula yang merasakan naluri keibuan justru ketika anaknya sudah tumbuh besar.

Membaca kisah-kisah inspiratif tentang seorang ibu yang memperjuangkan anak-anaknya pun bisa membantu "mengasah" kepedulian dan perhatian kepada anak-anak. Intinya, semakin intensif interaksi, diharapkan kita semakin bisa mengenali seorang anak, terlebih anak sendiri. Ketika rasa kasih sayang timbul (karena sudah "mengenal"), pada akhirnya keibuan atau menjalankan peran ibu yang memerhatikan, menyayangi, mengasihi, mendampingi, mengayomi, dan melindungi pun dapat diekspresikan. Selamat menjadi ibu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com