Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penularan TB

Kompas.com - 19/06/2011, 03:59 WIB

Dr Samsuridjal Djauzi

Saya adalah pasien tuberkulosis (TB) yang sudah berobat. Sekarang sudah masuk bulan ketiga saya mengonsumsi obat TB. Saya kurang beruntung karena pada minggu pertama saya minum obat TB ini saya mengalami gangguan fungsi hati. Dokter terpaksa memberikan obat secara bertahap. Untunglah kemudian saya dapat menggunakan obat ini tanpa gangguan fungsi hati.

Sebenarnya saya tak menyangka saya akan tertular TB. Setamat pendidikan master, saya mendapat pekerjaan di suatu perusahaan asing. Pada saat itu saya baik-baik saja. Barulah setelah tiga tahun bekerja saya merasakan demam lama dan sedikit batuk. Dokter perusahaan melakukan berbagai pemeriksaan penunjang sampai akhirnya diagnosis TB paru ditemukan. Ketika dokter menanyakan apakah ada anggota keluarga saya yang batuk-batuk atau demam lama, saya katakan tidak. Kemudian saya ingat sopir saya yang sudah mengundurkan diri pernah terkena batuk lama. Dia memang kurus dan tak tahan kerja lama. Mungkin saya tertular dari sopir saya yang batuk lama tersebut.

Saya beruntung karena mendapat pengobatan dari perusahaan dan sekarang saya sudah merasa baik. Semua gejala sudah hilang. Saya berharap dapat menyelesaikan pengobatan saya sampai tuntas sehingga penyakit saya sembuh total. Saya teringat pada sopir saya yang mungkin terkena TB. Apakah dia dapat berobat di kampungnya, pada puskesmas terdekat. Apakah puskesmas mempunyai obat yang memadai untuk terapi TB? Apakah biayanya mahal? Saya berniat untuk membantu biaya pengobatannya. Kapan Indonesia dapat bebas dari TB karena sebenarnya obat TB yang efektif kan sudah tersedia?

M di J 

Penyakit TB paru memang masih menjadi masalah kesehatan yang utama di negeri kita. Masih banyak saudara-saudara kita yang tertular penyakit ini. Pemerintah kita sudah mempunyai program penanggulangan TB yang terpadu. Hasilnya cukup menggembirakan. Ada kecenderungan penularan penyakit ini menurun. Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah menemukan penderita TB dan mengobatinya sehingga penderita tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Seperti kita ketahui, TB paru menular melalui udara. Seorang penderita paru yang pada butiran ludahnya (droplet) terdapat kuman TB dapat menularkan kepada orang-orang di sekitarnya. Selain itu, kita diajarkan untuk menutup hidung dan mulut kita ketika batuk sehingga butiran air ludah tidak terisap oleh orang lain. Penularan kuman TB lebih mudah terjadi di permukiman padat yang pertukaran udaranya kurang baik. Selain itu, mereka yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya karena kurang gizi, juga menjadi lebih rentan tertular.

Obat TB paru memang sudah tersedia, bahkan disediakan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Obat tersebut tak hanya disediakan di rumah sakit, tapi juga di puskesmas. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat menjangkau layanan tersebut di dekat rumah mereka.

Masyarakat perlu meningkatkan kepedulian pada penyakit ini. Jika demam atau batuk-batuk lama cepatlah berobat agar penyebabnya dapat ditemukan. Salah satu kemungkinan yang sering didapatkan adalah TB paru. Selain menyerang paru TB juga menyerang organ tubuh lain, seperti usus, tulang, selaput otak, dll. Diagnosis TB paru relatif lebih mudah ditegakkan dibandingkan dengan tuberkulosis di luar paru. Jangan lupa anak-anak juga dapat terjangkit TB. Karena itu kepedulian tentang kemungkinan penyakit ini di seluruh lapisan masyarakat perlu ditingkatkan.

Menyerang siapa saja

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com