Satu hal penting yang harus dilakukan pengurus: mempopulerkan Museum Maluku di kalangan penduduk Belanda. Tapi untuk itu mereka harus menawarkan sesuatu yang istimewa. "Secangkir kopi dengan pastel atau makanan khas lainnya. Atau nasi rames yang enak. Itu bisa menarik pengunjung untuk datang ke museum." Dita Vermeulen mengakui, mereka juga tidak pernah mempromosikan museum kepada bangsa Asia lainnya.
Di Belanda banyak tinggal warga keturunan Indonesia, tapi kebanyakan tidak berminat datang mengunjungi museum. "Itu karena latar belakang sejarah. Seharusnya kami juga mempopulerkan Maluku kepada semua orang, termasuk orang Indonesia." Ingat saja pepatah "Tak kenal maka tak sayang".
Masa depan
Untuk dapat bertahan, pengurus Museum Maluku harus menghitung berapa banyak dana yang dibutuhkan agar bisa menjalankan tugas utama mereka. Mereka juga memikirkan kemungkinan bekerja sama dengan museum lain. Atau mendekati sejumlah perusahaan besar yang mungkin berminat. Tetapi yang pertama dan terpenting adalah meminta petunjuk dan bantuan dari masyarakat Maluku di Belanda.
Menurut Dita Vermeulen, rata-rata orang Maluku di Belanda punya penghasilan tidak besar. Selain itu orang Maluku juga banyak mengirim uang untuk keluarga di Maluku atau membantu lingkungan tempat mereka tinggal. Jadi MuMa tidak bisa berharap banyak. "Kami tidak bisa meminta sumbangan dalam jumlah besar. Tapi tiap euro yang masuk, kami sambut dengan tangan terbuka."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.