Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legoksari dan Tembakau Srintil

Kompas.com - 04/11/2011, 11:32 WIB

Panen raya tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tahun ini sudah berakhir pertengahan Oktober lalu. Namun, keramaian di pusat-pusat perbelanjaan akibat keberhasilan panen tembakau musim ini masih terasa sampai sekarang.

Cuaca yang bagus dengan kemarau panjang telah menciptakan tanaman tembakau berkualitas tinggi di kawasan lereng Gunung Sumbing, Sindoro dan Perahu.

Tentu saja, tembakau berkualitas bagus ini dihargai tinggi oleh pabrik rokok.

Harga terendah, yakni tembakau grade atau mutu A pada panen tahun ini mencapai Rp60 ribu per kilogram. Ini hampir dua kali lipat harga tahun lalu.

Indikator lain yang menandai tingginya kualitas tembakau Temanggung tahun ini adalah meningkatnya hasil tanam tembakau srintil yang grade G ini di beberapa kawasan.

Srintil adalah tembakau berkualitas paling tinggi.  Bagi kalangan perokok, tembakau jenis ini enak sebagai tembakau lauk.

Harganya paling fenomenal hingga awam pun sulit memahaminya.

Bayangkan, satu keranjang tembakau srintil cukup untuk membeli sebuah sepeda motor baru atau jika ingin memiliki Kijang Avanza, maka petani cukup menjual delapan keranjang srintil.

Tembakau paling mahal di Temanggung ini mempunyai aroma khas, harum mirip aroma buah salak.

Srintil kering berbeda dari tembakau-tembakau lain. Warnanya hitam pekat seperti habis disiram madu. Agak lembab, tetapi tidak basah.

Tembakau srintil dihasilkan dari daun paling atas pada tanaman tembakau. Biasanya dipetik paling akhir.  Sewaktu masih di pohon, tak ada yang bisa mengetahui lembaran daun itu akan menjadi srintil.

Petani baru mengetahui telah memanen srintil setelah daun tembakau yang dikeram seperti membusuk, mengeluarkan cairan yang menyebarkan aroma harum.

Pembawa harum

Salah satu wilayah penghasil srintil adalah Dusun Lamuk, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo. Dusun ini ada di lereng timur Gunung Sumbing. Letaknya paling atas di kawasan tersebut.

Kepala Desa Legoksari Subakir mengatakan, harga tertinggi tembakau srintil yang kebanyakan dihasilkan daerah Lamuk mencapai Rp425 ribu per kilogram.

Menurut dia, tembakau srintil yang muncul tahun ini kebanyakan grade atau totol G, tidak bisa mencapai grade H.

"Kemarau tahun ini cukup panjang, namun karena pengaruh angin yang terlalu kencang kualitas tembakau srintil tidak bisa maksimal, rata-rata grade G," katanya.

Dari sekitar 400 hektare ladang tembakau di Desa Legoksari, biasanya dihasilkan 300 keranjang tembakau srintil. Setiap keranjang rata-rata berisi 40 kilogram tembakau.

Subakir menuturkan, produksi tembakau di daerahnya tahun ini sekitar tujuh kuintal per hektare.  Namun, secara umum kualitas tembakau tahun ini sangat bagus. Harganya pun berlipat ganda dibandingkan tahun sebelumnya.

Harga terendah tembakau di Legoksari sendiri adalah Rp60 ribu per kilogram. Dan ini adalah untuk tembakau totol A.

Subakir tidak mengungkapkan harga srintil.

Yang jelas, menurut Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Rumantyo, srintil hanya muncul di daerah tertentu.

Desa Tlilir dan Legoksari di Kecamatan Tlogomulyo adalah termasuk daerah penghasil tembakau srintil.  Produksinya sendiri terbatas.

Rumantyo mengatakan bahwa permintaan srintil dari pabrik rokok tidaklah banyak, mengingat tembakau beraroma khas ini hanya berfungsi mempengaruhi aroma tembakau lain  saat ditumpuk di gudang.

Jimpitan

Berbeda dari umumnya petani tembakau yang boros setelah memanen tembakaunya dengan membeli barang-barang mewah, petani tembakau di Desa Legoksari tidak seperti itu.

Mereka hidup dalam kekerabatan yang kental. Hidup bergotongroyong, penuh kekeluargaan, dan guyup rukun.

Warga desa ini mempunyai kebiasaan untuk menyisihkan 2,5 persen hasil panen tembakau untuk membantu program pembangunan desanya.

"Kemudian disumbangkan kepada desa untuk program pembangunan, baik fisik maupun nonfisik," lanjut Subakir.

Sumbangan 2,54 persen ini mereka sebut "jimpitan".  Tahun ini telah terkumpul sekitar Rp100 juta dan diperkirakan masih bertambah karena sebagian warga belum menyetor.

Jumlah jimpitan tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu yang hanya terkumpul Rp70 juta. Tahun lalu hasil panen tembakau memang kurang menggembirakan.

Uang jimpitan ini dikelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), antara lain untuk operasional desa, membayar guru TK, perbaikan jalan pertanian, upacara adat, dan kegiatan pemuda.

Subakir mengatakan, semua petani yang menanam tembakau di desa tersebut membayar jimpitan dan ini langsung dipotong oleh pedagang.

"Kebetulan pedagang tembakau itu warga kami juga sehingga lebih mudah untuk mengumpulkan jimpitan tersebut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com