Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak Terkait Lepas Tangan

Kompas.com - 30/11/2011, 03:21 WIB

TENGGARONG, KOMPAS - Semua pihak yang terkait dengan runtuhnya Jembatan Kartanegara yang terjadi pada Sabtu (26/11) sore masih saling melemparkan tanggung jawab. Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan kontraktor tidak ingin disalahkan.

Wakil Ketua Komisi V DPR Mulyadi saat meninjau Jembatan Kartanegara, Selasa, mengatakan, semestinya jembatan dengan bentang panjang dan teknologi gantung ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. ”Jembatan ini, kan, seperti Golden Gate di Amerika Serikat dan di sana tidak ada masalah sampai sekarang. Kuncinya adalah pemeliharaan dan itu menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,” katanya.

Mulyadi menegaskan, dana pemeliharaan jembatan seharusnya dianggarkan tiap tahun. Namun, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara Didi Ramyadi mengakui, selama 2008-2010, tak ada kegiatan pemeliharaan Jembatan Kartanegara. ”Kami sudah mengajukan kepada DPRD Kutai Kartanegara, tetapi tidak terealisasi karena tidak ada anggaran,” ujar Didi.

Sejak 2011

Padahal, dari hasil pemantauan PT Indenes Utama Engineering Consultant, tahun 2006 terkuak bahwa ada penurunan gelagar bentang tengah Jembatan Kartanegara hingga 50 cm dibandingkan tahun 2001. Juga terjadi perenggangan pada pilar jembatan hingga 18 cm, sedangkan pada 2001 hanya 8-10 cm.

Atas dasar itu, PT Indenes memberikan rekomendasi kepada Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara untuk mengusulkan pemeliharaan, antara lain pengencangan baut-baut klem, penyetelan ulang pengait kabel, penggantian sambungan peredam getaran, dan pengisian pasir dengan total biaya Rp 23 miliar.

Namun, Didi menjelaskan, pemeliharaan tahun 2007 hanya berupa penggantian sambungan peredam getaran dan pengisian pasir dengan biaya Rp 1,634 miliar. Pemeliharaan dilakukan lagi pada 2011 dengan anggaran Rp 2,99 miliar yang dilaksanakan PT Bukaka Teknik Utama.

Konsultan ahli beton dan konstruksi jembatan, Wiratman Wangsadinata, mengatakan, runtuhnya Jembatan Kartanegara disebabkan kegagalan pada kabel penggantung dan klem penjepit. Analisis ini berdasarkan sisa konstruksi bangunan jembatan yang tersisa.

Dari pengamatan di lapangan, jembatan yang konstruksinya ditopang oleh tiang tinggi jembatan (pylon), fondasi tiang pancang, dan kabel utama masih utuh, sementara semua kabel penggantung beserta klemnya putus.

Wiratman menduga ada kesalahan pada kualitas material kabel penggantung dan analisis penghitungan. ”Seharusnya, kalau satu kabel putus, kabel lain masih mampu menopang beban pada jembatan,” katanya.

Dari laporan yang diterima Wiratman, kabel utama buatan Kanada, sedangkan kabel penggantung buatan dalam negeri. Ia menyarankan perlu uji material dari sisa reruntuhan jembatan.

Di Cileungsi, Bogor, Presiden Direktur PT Bukaka Teknik Utama Irsal Kamarrudin, didampingi Wakil Presiden Direktur Bidang Pengembangan Produk Eko Ariwandono, menyebutkan, pihaknya mengerjakan tiga jenis kegiatan. Dari tiga jenis itu, salah satunya adalah penggantian dan pemeliharaan baut klem atas dan bawah. Kontrak proyek diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara.

”Kontrak dimulai 11 Oktober 2011 sampai 12 Desember 2011 dengan nilai Rp 2,798 miliar,” kata Irsal. Terkait penggantian klem, Irsal mengatakan, pihaknya tidak bisa menjelaskan alasan penggantian itu. Ia meminta wartawan menanyakan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara yang memberikan proyek.

Ia menjelaskan, semua proyek pemeliharaan belum dilakukan PT Bukaka saat jembatan runtuh. Tim PT Bukaka sedang dalam tahap persiapan. Bahkan, enam anggota staf PT Bukaka belum ditemukan hingga sekarang.

Jembatan sepanjang 710 meter dengan bentang tengah 270 meter ini dibangun tahun 1995 dan mulai dioperasikan tahun 2001. Kontraktor utamanya adalah PT Hutama Karya dengan konsultan PT Perentjana Djaja. Kontraktor pemeliharaan tahun 2011 adalah PT Bukaka Teknik Utama.

Iwan Zarkasi, anggota staf teknis Direktorat Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, mengatakan, Jembatan Kartanegara sudah memenuhi kaidah desain. ”Nyatanya sudah berfungsi selama 10 tahun. Hanya saja pada saat dilakukan pemeliharaan ini (jembatan runtuh) terjadi. Nah, itu yang harus terus kita cari tahu,” katanya.

Kepala Polda Kaltim Inspektur Jenderal Bambang Widaryatmo mengatakan, polisi masih terus menyelidiki penyebab runtuhnya jembatan dengan memeriksa saksi tambahan dari kontraktor dan saksi ahli. Polisi telah memeriksa pejabat pelaksana teknis kegiatan. ”Ini kelalaian dan kami akan mencari siapa yang bertanggung jawab,” ujar Bambang.

Evakuasi gagal

Hingga Selasa pukul 20.00 Wita, jumlah korban meninggal akibat runtuhnya jembatan itu bertambah menjadi 18 orang dan 22 orang hilang. Korban hilang diduga terjebak dalam kendaraan yang terimpit jembatan di dasar Sungai Mahakam.

Upaya evakuasi korban di dasar sungai belum bisa dilakukan. Dua opsi disiapkan Badan SAR Nasional untuk menggeser badan jembatan gagal.

Direktur Operasi dan Latihan Badan SAR Nasional Marsekal Pertama TNI Sunarbowo Sandi mengakui, opsi pertama, mengelas badan jembatan dengan penyelaman, tidak dapat dilakukan karena arus bawah di kedalaman 15-20 cm terlalu kuat, mencapai 2 knot. Padahal, arus yang aman untuk penyelaman tak melebihi 1 knot. ”Kalau diteruskan, akan berbahaya,” ucap Sunarbowo.

Opsi kedua, pengangkatan badan jembatan dengan alat berat, juga tak berhasil sebab alat itu tak mampu menarik beban jembatan seberat 1.620 ton. Untuk itu, Badan SAR Nasional menyiapkan metode mengangkat badan jembatan dengan balon karet.

Metode balon akan dicoba Rabu ini, menggunakan balon karet ukuran besar berbentuk tabung yang diselipkan pada rangka jembatan yang tenggelam di dasar sungai. Penggunaan balon untuk mengurangi beban jembatan sehingga kerangkanya dapat terangkat dan memudahkan penyelam mengevakuasi korban.

Perusahaan pelayaran PT Ruslianto Bersaudara dan PT Palaran Indah Lestari mendatangkan 40 balon karet dari Samarinda, Selasa malam. ”Sebanyak 40 balon yang panjangnya 15-an meter dan berdiameter 1,8 meter bisa mengangkat beban 1.000 ton. Jika nanti balon kurang, kami mengontak perusahaan lain yang memiliki,” ujar Deky Ruslianto, pemilik PT Ruslianto Bersaudara.

Balon karet itu biasanya digunakan untuk menaikkan kapal pengangkut batubara ke dok kapal. ”Memakai balon karet juga lebih aman,” ucap Yongki G, pemilik PT Palaran Indah Lestari.(ILO/PRA/ELD/MAR/IND)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com