Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Azzura Nadia: Si Bunga Kecil Itu...

Kompas.com - 29/02/2012, 17:27 WIB

Di Paris, ia seperti menemukan kebebasan. Enam bulan pertama, ia terus berteman dengan orang-orang yang berbahasa ibu bahasa Inggris. Enam bulan berlalu dan ia lulus dari Institut Catholique de Paris.

Azzura lalu berpindah tempat tinggal ke sebuah studio di kawasan Paris 16. Gadis yang sejak kecil sudah masuk-keluar galeri seni itu melanjutkan kuliah di departemen pemasaran karya seni Institut d’Etudes Suprieures des Arts. Berkuliah di tempat baru membuat Azzura stres. Ia menjadi satu-satunya orang Asia di sana.

”Saya panik tidak memahami uraian dosennya, tentu saja disampaikan dalam bahasa Perancis. Saya meminjam catatan kiri-kanan, semester pertama saya hancur-hancuran,” tutur Azzura.

Melihat kuliah Azzura berantakan, sang ayah memangkas uang kiriman. Ia pernah tiga kali dijambret, pernah juga diserempet mobil, dan nyaris disekap. Alih-alih menyerah, ia memingit diri, memaksa dirinya beradaptasi.

”Saya berubah 180 derajat, berhenti keluyuran, mendekam di perpustakaan. Kalaupun ingin berpiknik, saya berpiknik sendirian di pinggir Sungai Seine, membaca buku sambil mendengarkan musik klasik. Ternyata saya berhasil, semester kedua hasil studi saya mulai membaik,” kata Azzura, yang akhirnya membuktikan diri bukan sekadar pelancong iseng yang kuliah seni.

Pulang kampung
Azzura mencintai Paris. Namun, setelah merampungkan kuliah, ia justru memilih pulang ke Indonesia. Sejak Januari 2011, ia bekerja sebagai Corporate Partnership – Corporate Relations Officer organisasi lingkungan hidup World Wide Fund for Nature Indonesia. Pekerjaan yang membuat ia berkesempatan berkeliling Indonesia. Ia melesat ke Palangkaraya, Riau, Aceh, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur.

”Gila, Indonesia itu surga banget! Satu yang negara lain tidak punya, keanekaragaman budaya Nusantara. Setiap daerah punya budaya masing-masing, seninya, tariannya,” ujar Azzura.

Hari liburnya pun kerap diisi dengan berkeliling negeri. Azzura jadi kian kerap bercerita tentang Indonesia kepada kolega Perancisnya. Ia sedang merancang suatu catatan yang membeber aneka rona Indonesia kepada orang Perancis.

Ia ingin menerapkan ilmunya ke berbagai museum di Indonesia. Ia tahu itu sulit sekali karena situasi yang berbeda. ”Apresiasi orang untuk pendidikan seni di Indonesia sangat kurang. Kini, karya seni rupa ya hanya dikonsumsi masyarakat seni. Bagaimana ya, caranya agar semua kalangan mengenal seni rupa? Asal ditangani banyak pihak, pasti bisa,” tanya Azzura.

Ia juga mulai melirik peluang menggeluti bisnis barang antik orangtuanya. Ia juga ingin memperkenalkan lebih banyak para perupa Indonesia ke pasar dunia. Ya, ia memang punya banyak keinginan. ”Tetapi saya belum berbuat apa-apa,” tuturnya.

Ia menikmati aktivitasnya di bidang lingkungan hidup, tetapi seni selalu menjadi mimpinya. Sepertinya, tinggal menunggu waktu ia kembali menceburkan diri dalam dunia seni.

”Hmm... iya sepertinya...,” kata bunga mungil itu tertawa.

(Aryo Wisanggeni G)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com