Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syal, Tak Cuma Penghangat Leher

Kompas.com - 02/04/2012, 10:34 WIB

Dari desain yang unik inilah syal tak hanya berfungsi sebagai penghangat leher. Dina bercerita, syal kreasinya bisa berfungsi untuk mempermanis jilbab atau pengganti kalung. Ragam desainnya juga memberi pilihan untuk dikenakan dalam gaya kasual maupun formal.

Desain-desain unik ini menarik perhatian pasar di luar Indonesia. Dina, misalnya, pernah mengekspor ke Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. Adapun produk Shawl & Co pernah dibeli konsumen dari Amerika Serikat dan Australia. ”Mereka suka karena syal di negara mereka monoton, hanya dari satu bahan, tidak modis seperti dari Indonesia,” kata Tria.

Di Indonesia, desainer dan pemilik bisnis syal meyakini produk mereka merupakan item pelengkap busana yang pasarnya bisa terus tumbuh.

Popularitas syal
Syal tak hanya dikenal ketika dikenakan Audrey Hepburn, Elizabeth Taylor, atau Grace Kelly sebagai hiasan kepala. Konon, syal telah dikenal sejak tahun 1350 Sebelum Masehi pada zaman Mesir Kuno. Pada masa itu, syal dikenakan Ratu Nefertiti, juga sebagai hiasan kepala.

Ketika berlangsung perang dunia kedua, perempuan yang bekerja di pabrik amunisi menutupi kepala mereka dengan syal agar rambut mereka tak tersangkut di mesin. Pada perkembangannya, seperti diceritakan dalam tulisan The neck’s big thing: a colourful history of the silk scarf dalam fashion.telegraph.co.uk, syal diproduksi secara massal ketika rayon mulai dikenal tahun 1930-an. Syal dari bahan rayon dipakai oleh para perempuan yang ingin mempercantik penampilannya tetapi tak mampu membeli syal dari sutra yang lebih dulu populer.

Ketika majalah-majalah mode lahir, beberapa di antaranya menulis bahwa syal bisa menjadi pilihan bagi perempuan, yang memiliki busana terbatas, untuk tampil dengan gaya berbeda. Pada era 1970-an, para perancang busana menempelkan logo perusahaan mereka dalam syal sebagai salah satu bentuk pemasaran.

Syal tak hanya dikenal di panggung mode. Di dunia olahraga, syal dengan logo dan nama klub menjadi cendera mata klub sepak bola. Perhatikan saja yang terjadi di stadion sepak bola. Ketika tim kesayangan bertanding, para pendukungnya akan bernyanyi atau berteriak memberikan dukungan sambil membentangkan syal dengan kedua tangan.

(Yulia Sapthiani/Nur Hidayati)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com