Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luasnya Peluang Bisnis Kipas Kupu-Kupu

Kompas.com - 09/04/2012, 23:15 WIB

KOMPAS.com - Di sebuah ruang kerja yang menjadi bagian dari tempat tinggal Niken Turangan, di Jalan Cipinang Cempedak IV, Jakarta, seorang perempuan muda menempelkan guntingan brokat pada kerangka kipas yang telah ditempeli kain sebagai dasarnya. Pekerja lainnya berbagi tugas merapikan bandul sebagai hiasan kipas, juga kantong kain sebagai pembungkus setiap kipas.

Sudah lima tahun ini, Niken dibantu lima karyawannya di bagian produksi membuat kipas dengan label Kupu Kipas.

”Karena kipas itu cantik seperti kupu-kupu. Kupu-kupu bisa mengepakkan sayap, kipas juga bisa. Selain itu, kupu-kupu juga bisa terbang tinggi dan menebar kecantikannya. Seperti kupu-kupu, saya juga ingin kecantikan kipas ini bisa tersebar kemana-mana,” jelas Niken, tentang nama produknya yang terinspirasi dari kecantikan kupu-kupu.

Berbeda dari kipas yang diproduksi massal, Kupu Kipas dibuat unik. Selain bermotifkan guntingan brokat, ada juga kipas yang terbuat dari beludru, batik, tenun, dan kipas dengan detail bunga yang rumit dari bahan renda.

Ada pula kipas yang bermotif mega mendung dan kupu-kupu berwarna biru yang dilukis di atas kain merah muda. Untuk kipas lukis, Niken bekerja sama dengan para pelukis dari Pekalongan, Bali, dan Bandung.

”Motifnya saya pesan sendiri pada pelukisnya. Ada motif batik, ada juga motif yang terkait dengan alam, disesuaikan dengan warna kain dasar yang saya kirimkan pada mereka,” tutur Niken.

Eksklusif
Karena mengutamakan keindahan desain dan kualitas bahan, Kupu Kipas dibuat secara eksklusif. Satu desain dibuat hanya 5-10 buah, kecuali ketika ada pesanan khusus dalam jumlah lebih banyak. Setiap desain biasanya dibuat dalam ukuran 19, 23, 25, 27, dan 30 sentimeter.

Bahan brokat, misalnya, tidak langsung ditempel begitu saja pada kerangka kipas yang terbuat dari kayu mahoni. Brokat ini digunting mengikuti garis-garis motifnya untuk ditempelkan pada kain dasar kipas.

Beberapa kipas dibuat dengan memadukan minimal dua bahan kain dengan motif dan warna berbeda. Untuk itu, perlu ketelitian dalam membuat pola sehingga menghasilkan desain yang harmonis.

”Menempelkan brokatnya saja pada dasar kain perlu waktu 1,5 jam. Membuat polanya bisa lebih lama karena kami harus mencari motif yang benar-benar sesuai dengan bentuk kipas,” kata Niken.

Tak hanya pada bagian kain, beberapa kipas juga diberi detail berupa perak atau batu-batuan alam pada bagian terluar kerangkanya. Padahal, kerangka yang terbuat dari kayu dengan warna cokelat tua sudah memberi sisi eksotis dibandingkan rangka dari plastik. Bagian bawah kipas diberi bandul yang terbuat dari benang dan bebatuan yang juga dibuat sendiri oleh tim Niken.

Karena buatan tangan -kecuali kerangka kayu yang dibeli dalam bentuk jadi- jumlah produksi Kupu Kipas ”hanya” 200-300 buah per bulan. ”Kalau ada pesanan dalam jumlah banyak, saya selalu menyarankan memesan sejak jauh hari karena kami membutuhkan waktu lama untuk membuatnya,” jelas Niken.

Populerkan kipas
Pilihan Niken pada bisnis kipas yang dimulai tahun 2007 itu didasari minatnya pada bidang mode. Sebelum membuat bisnis kipas, Niken bersama teman-temannya pernah membuat butik meski bisnis tersebut tidak bertahan lama karena masing-masing pemiliknya disibukkan dengan pekerjaan kantor.

”Untuk kipas, saya melihat peluangnya cukup besar karena belum banyak yang menggarap. Kalaupun ada, sebagian besar berupa produksi massal. Untuk itu, saya berusaha fokus menjalani bisnis ini,” kata Niken.

Sebagai orang baru di bisnis kipas, Niken memulainya dengan mengikuti pameran di sebuah mal di kawasan Jakarta Selatan. Dari 200 kipas yang dia bawa pada saat itu, hampir semuanya terjual. Ia pun berkesimpulan bahwa bisnis kipas cukup membuka peluang.

Apalagi setelah produknya mulai dikenal masyarakat, banyak konsumen yang meminta dibuatkan kipas khusus. Konsumen dari kalangan ibu-ibu ini meminta Niken membuat kipas yang disesuaikan dengan gaya berbusana mereka. Tak jarang, ada konsumen yang membawa langsung material kainnya, seperti brokat-brokat mahal dari Perancis.

”Dulu, saya juga sering mencari kipas yang sesuai dengan baju yang saya pakai. Tetapi ternyata sulit untuk mencari kipas yang bagus. Kalaupun ada, berupa produk impor dengan harga yang sangat mahal,” ujar Niken.

Kenyataan itu semakin memperkuat cita-citanya untuk menjadikan kipas sebagai produk mode dan tak sekadar alat penghilang gerah. Ia ingin agar kipas dikenal beragam kalangan dan bisa digunakan ke berbagai acara.

”Jadi, kipas itu sebenarnya cocok untuk dipakai dalam acara apa pun,” kata Niken.

(Yulia Sapthiani)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com