Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepatu, Makin Aneh Modelnya Makin Disuka

Kompas.com - 25/04/2012, 11:50 WIB

KOMPAS.com - Saat hadir dalam acara pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton, April 2011, penampilan Victoria Beckham menjadi perbincangan pemerhati mode. Dipadukan dengan gaun longgar -karena saat itu Victoria tengah hamil- dan topi berwarna hitam, istri David Beckham ini mengenakan sepatu yang terbuat dari satin hitam dengan hak setinggi 16,5 cm dan 6,35 cm di sol bagian depan.

Beberapa hari setelah Victoria mengenakan sepatu berjenis platform (sepatu dengan hak dan sol depan yang tinggi) dari Christian Louboutin ini, sepatu-sepatu serupa menjadi serbuan pencinta mode. Di semua butik sepatu Louboutin, sepatu ala Victoria habis terjual.

Victoria, yang memang penggemar sepatu Louboutin, juga pernah mengenakan sepatu asal Perancis tersebut dengan tinggi hak mencapai 20 cm.

Sepatu-sepatu tersebut tak hanya menarik perhatian karena tingginya. Tak jarang, juga karena desainnya. Lady Gaga sebagai ikon mode di panggung musik, misalnya, pernah tampil dengan sepatu yang tingginya 15 cm tanpa hak. Sepatu karya perancang Jepang, Noritaka Tatehana, ini hanya bertumpu pada paruh kaki bagian depan.

Desain yang dipakai para selebritas ini pula yang menginspirasi perancang dan pemilik bisnis sepatu di Indonesia. Di Bandung, misalnya, Dewi Arrum (24) dan Donna Turner (27) sebagai pemilik label Prugna memahami bahwa pasar tengah berselera menjajal sesuatu yang baru.

Dewi menjelaskan, model yang tampak ”seram” seperti yang dipakai Lady Gaga sebenarnya cukup aman dan nyaman dipakai. ”Ketika berjalan, kita memang lebih banyak bertumpu pada bagian depan kaki. Ada atau tidak ada bagian tumit, tidak terlalu masalah,” ujarnya.

Meski beberapa desainnya terinspirasi dari fenomena di panggung mode, ide itu selalu diramu dengan kemampuan teknik produksi dan pertimbangan kenyamanan. Dari ”ramuan” itu muncullah desain Prugna. Di mata pelanggannya, Prugna memang menawarkan sepatu yang unik.

”Makin aneh modelnya, sepertinya orang makin senang. Hanya saja, kami tetap realistis, menghitung apakah pengerjaannya memungkinkan dan tetap harus nyaman dipakai,” kata Dewi.

Sebagian besar sepatu Prugna merupakan variasi bentuk wedges, yaitu sepatu yang haknya menyatu dengan bagian sol. Salah satunya adalah wedges yang dibentuk seperti kurva di bawah tumit, ada juga yang dipahat model zig-zag, atau bersusun dengan beberapa warna sekaligus.

Model wedges mereka yakini lebih ”mudah” dan santai dipakai dibandingkan stiletto (sepatu dengan hak yang tipis) walaupun dibuat sama tinggi. Dengan bentuk wedges, Dewi dan Donna juga merasa bisa lebih kaya mengeksplorasi desain.

Ciri tradisional
Peluang pasar yang bagus di ranah sepatu perempuan membuat Liana Gunawan serta duet Virry Nainggolan dan Nova Tanjung di Jakarta merilis sepatu dengan merek dan ciri khas masing-masing.

Dengan merek La Spina, Liana tak hanya menjual sepatu hak tinggi dan wedges setinggi 10-12 cm yang membuat kaki perempuan terlihat jenjang, tetapi juga menyajikan keindahan Indonesia. La Spina menggunakan batik Garutan, songket, atau tenun Pinawetengan, beberapa dari sekian banyak kain tradisional Indonesia.

”Saya ingin mempertahankan ciri tradisional, tetapi dalam kesan yang ringan,” kata Liana, yang kemudian membuat variasi sepatu dengan hak lebih rendah, termasuk sepatu-sepatu datar.

Virry dan Nova, yang merilis label V&N sejak Januari 2011, meyakini, kebiasaan perempuan memiliki lebih banyak sepatu dibandingkan pria menjadi peluang bisnis.

Mengandalkan jenis sepatu bersol tebal, yaitu platform dan wedges, V&N memang memiliki desain yang serupa dengan sepatu-sepatu bermerek internasional. Dengan model ini, variasi motif dan warna pada umumnya ada di bagian atas sepatu. Untuk jenis sepatu pump (sepatu tertutup), misalnya, motif kulit macan tutul atau kulit ular menjadi andalan.

Sentuhan unik juga terlihat pada sepatu sling back (sepatu tertutup di bagian depan dan terbuka di belakang dengan tali pengikat). Virry menggunakan gambar dan foto dari majalah yang dia adopsi menjadi permukaan bagian atas sepatu.

Berangkat dari kegemaran mengoleksi dan memakai sepatu, khususnya sepatu tinggi, Virry dan Nova menerima pesanan khusus untuk ukuran-ukuran tinggi. Kedua perempuan ini bahkan menyarankan pembeli memesan sepatu dengan tinggi 10 cm ke atas. ”Karena sepatu tinggi itu seksi, membuat kaki jenjang yang memunculkan kepercayaan diri,” ujar Nova.

Sepatu-sepatu dengan hak tinggi dan sol tebal sebenarnya bukanlah model baru di dunia mode. Seperti tren mode yang selalu berputar, jenis sepatu seperti platform pernah populer di tahun 1970-an. Tak hanya oleh remaja putri dan perempuan dewasa, sepatu platform juga dikenakan oleh remaja pria, terutama untuk sepatu dengan model hak datar.

Berdasarkan sejarahnya, sepatu-sepatu tinggi yang bernama chopines telah dipakai perempuan di Venice, Italia. Adapun kaum pria di Eropa mengenakan sepatu hak tinggi pada abad ke-17 sebagai penanda kekuasaan.

(Yulia Sapthiani/Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com