Jakarta, Kompas -
”Tingginya tingkat polusi udara dan paparan asap rokok membuat jumlah penderita asma terus naik,” kata Guru Besar Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Persahabatan Faisal Yunus di Jakarta, Selasa (8/5).
Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebut, prevalensi asma nasional 4 persen. Namun, di beberapa daerah sangat tinggi, seperti Kabupaten Aceh Barat, Aceh (13,6 persen), Buol, Sulawesi Tengah (13,5 persen), dan Pohuwato, Gorontalo (13 persen).
Asma pada anak lebih banyak pada laki-laki, sedangkan pada orang dewasa lebih banyak perempuan. ”Perempuan dewasa memiliki hormon estrogen yang memperlambat penyembuhan asma,” tutur Faisal.
Dokter spesialis paru, anggota Tim Dokter Pelaksana Pemeliharaan Kesehatan bagi Menteri dan Pejabat Tertentu, Budhi Antariksa, menambahkan, pertumbuhan saluran pernapasan pada laki-laki berlangsung hingga usia 19 tahun, sedangkan perempuan 17 tahun. Ini membuat saluran pernapasan perempuan dewasa lebih mudah menyempit hingga mudah terserang asma.
Menurut Faisal, asma tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikendalikan. Asma pada anak lebih mudah dikontrol hingga tidak sering kambuh. Budhi mengatakan kematian akibat asma jarang terjadi.
Selain pengobatan, olahraga teratur dapat mengendalikan asma, demikian Zawiah Hanum (63), penderita asma sejak umur 14 tahun. Olahraga yang tepat untuk pengidap asma adalah yang meningkatkan kemampuan otot saluran pernapasan, seperti renang, bersepeda, atau senam asma.