Sophie Sumner, Juara "ANTM: British Invasion"

KOMPAS.com - Program America's Next Top Model Cycle 18: British Invasion akhirnya mengantar wakil Amerika, Laura LaFrate, dan wakil Inggris, Sophie Sumner, di babak final akhir Mei lalu. Namun, Sophie yang lebih berpengalaman akhirnya memenangi kompetisi model yang digagas Tyra Banks tersebut.

Perempuan 21 tahun asal Oxford, Inggris, ini sebelumnya telah meraih posisi runner-up dalam program yang sama di negara asalnya, Britain's Next Top Model. Dengan posisi tersebut, Sophie meraih kontrak modeling, membintangi iklan kosmetik CoverGirl, serta tampil di situs Vogue Italia.

"Aku merasa seperti bermimpi! Pesan-pesan cinta dan dukungan untukku sangat luar biasa. Terima kasih untuk Anda semuanya," seru Sophie, yang mendapat julukan "Illuminata" dari Tyra.

Kemenangan Sophie sebagian terbantu oleh kondisi kompetitornya, Laura, yang merasa sangat tertekan di babak final. Laura bahkan harus dilarikan ke rumah sakit sesaat sebelum peragaan busana dari Forever 21 yang seharusnya diikutinya. Kejadian ini cukup mengejutkan Sophie, karena ia merasa Laura adalah kompetitor yang sangat kuat.

"Aku yakin 100 persen bahwa Laura yang akan menang, dan aku sudah siap menghadapinya. Aku berpikir, "Ya sudah lah, tidak apa-apa (kalau tidak menang). Jadi ketika wajahku tampil di layar, aku berpikir ini semua hanya lelucon. 'Apakah kalian bercanda?' Dan kupikir ketika itu aku benar-benar syok. Aku benar-benar mengira dia akan menang, makanya aku sangat excited ketika akhirnya aku dinyatakan menang," celotehnya.

Sebagai salah satu kontestan, Sophie menyadari bahwa ia tak boleh terlalu larut dalam persaingan dan segala intrik di dalamnya. Bagaimanapun, ikut serta dalam kompetisi ini merupakan peluang yang sangat berharga. Jadi, ia berusaha menebalkan muka saat mendengar semua komentar pedas mengenai dirinya. Ketika berada di bawah tekanan, orang mudah putus asa, dan ia tak mau menjadi seperti itu.

Keuntungan lainnya, Sophie menerima dukungan penuh dari Emma Watson, bintang Harry Potter yang tak lain sahabatnya. Mereka pernah satu sekolah, pernah menjadi roomate, bahkan pernah sama-sama membintangi kampanye iklan untuk lini busana Emma, People Tree. Emma pun terlihat berada di tengah penonton show di mana Sophie tampil.

Pindah ke Amerika
Berkompetisi di ajang America's Next Top Model (ANTM) dirasanya sangat jauh berbeda dengan ketika ia berlomba di Britain's Next Top Model. Di Amerika, produksi acara dan segala sesuatunya jauh lebih besar. Sophie merasa harus mencubit dirinya berulang kali, untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi tampil di sebuah acara populer di Amerika.

"Tampil di acara ini membuat aku belajar lebih banyak mengenai Amerika. Kita merasa bahwa juri benar-benar ingin memberikan nasihat untuk kita, dan membantu kita. Kelly Cutrone, misalnya, masih menjalin hubungan denganku setelah final berlalu. Ia juga meneleponku tadi malam, ketika acara itu sedang ditayangkan. Dia bilang, 'Ada yang bisa aku lakukan buatmu?'. Itu memang sangat aku butuhkan, karena aku tidak mau berhenti begitu saja setelah acaranya selesai. Aku ingin terus berkarier," paparnya.

Dalam hal modeling, berkarier di Amerika menurutnya lebih menjanjikan. Dari sesi pemotretan hingga ukuran studionya jauh lebih hebat. Sophie merasa seperti ikan emas di tengah laut yang luas. Tetapi, ia jatuh cinta dengan negara ini. Ia sudah mengunjungi Los Angeles dan New York, dan sangat menyukai orang-orangnya.

Sebagai pemenang, Sophie menerima banyak hadiah dari ANTM. Ia dibuatkan blog, saluran di YouTube, dan akan melakukan video di balik layar, sehingga penggemarnya tetap dapat mengikuti aktivitasnya. "Aku ingin orang-orang tetap mendukung dan menyukai aktivitasku. Aku akan pindah ke Amerika, asyik banget ya? Tapi aku belum memutuskan apakah akan tinggal di New York atau LA. Mungkin aku akan membagi waktu saja di antara keduanya," serunya.

Karier di Amerika memang terbentang luas untuk perempuan muda yang tengah bersemangat seperti Sophie.

(Dari berbagai sumber)