Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrok Warga-Polisi,Satu Tewas

Kompas.com - 28/07/2012, 04:37 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Angga Bin Dharmawan (12) tewas tertembak saat terjadi bentrok antara warga dan polisi di Desa Limbang Jaya I dan II, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Empat warga lainnya luka terkena tembakan dalam konflik berlatar belakang konflik lahan PT Perkebunan Nusantara VII Cinta Manis.

Kepala Desa Limbang Jaya I Mat Amin (42) mengatakan, bentrokan terjadi di Desa Limbang Jaya II, Jumat (27/7) sekitar pukul 15.00. Saat itu, iring-iringan kendaraan Brimob berisi sekitar 100 personel memasuki Desa Tanjung Pinang I dan II serta Limbang Jaya I dan II. Mereka membawa senjata laras panjang.

Saat memasuki jalan antara Desa Limbang Jaya I dan II, warga dari empat desa melempari iring-iringan mobil dengan batu. ”Polisi langsung membalas dengan tembakan membabi-buta. Warga melawan dengan senjata seadanya, batu atau tongkat kayu,” kata Mat Amin yang saat kejadian berada di lokasi.

Akibatnya, Angga, siswa SMP, tewas tertembak di telinga kiri. Empat warga lainnya menderita luka tembak. Farida (30) tertembak di bagian lengan, Yarman (47) di bagian tangan, Jesica (16) dan Rusman Bin Alimin tertembak di bagian pinggang. Keempat korban adalah warga Desa Limbang Jaya I. Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.

Bentrokan berhasil diredam setelah para kepala desa membujuk warga berhenti menyerang dan bernegosiasi dengan pihak kepolisian. Saat berita ditulis, situasi masih mencekam. Semua anggota Brimob ditahan warga sekitar 3 kilometer di luar desa untuk dimintai konfirmasi dan pertanggungjawaban. ”Penarikan keluar desa ini juga dalam rangka mengamankan para anggota Brimob agar tak diserang warga lagi,” kata Kepala Desa Tanjung Pinang I, Habibi.

Warga terintimidasi

Sejumlah warga Desa Tanjung Pinang I dan II serta Desa Limbang Jaya I dan II mengikuti Gerakan Petani Penesak Bersatu (GPPB) untuk menuntut lahan PTPN VII Cinta Manis. Sejak bentrokan di lahan PTPN VII Cinta Manis, polisi telah dua kali memasuki desa itu.

Menurut Habibi, warga merasa terintimidasi oleh kehadiran polisi bersenjata yang memasuki desa. Itu menimbulkan antipati warga terhadap polisi yang memicu penyerangan terhadap iring-iringan kendaraan Brimob.

”Apalagi, pihak kepolisian tak pernah memberi informasi kepada pejabat desa saat memasuki desa. Kalau saja pejabat desa diajak bicara dulu, mungkin hal ini bisa diredam,” ujarnya.

Pasca-bentrokan antara massa GPPB dan polisi di lahan PTPN VII Cinta Manis, polisi sering masuk ke desa-desa di sekitar PTPN VII Cinta Manis. Polisi sering memeriksa, menangkap, razia, serta menggeledah rumah sejumlah warga. Tindakan ini untuk mengungkap pelaku pembakaran dan tindak kekerasan dalam bentrokan sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com