Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/11/2012, 10:33 WIB

KOMPAS.com - Suatu siang di apartemen yang belum jadi. Puluhan tukang sibuk bekerja. Suara ketukan palu dan mesin potong bersahutan. Debu beterbangan bercampur aroma cat dan beton. Saat itulah hadir seorang perempuan dengan sepatu hak tinggi. Dia adalah Oki Ramadhani Widiastuti.

Oki berada di lantai 26 yang belum berdinding. Steger atau tiang perancah masih berdiri di sana-sini. Dan belasan tukang masih sibuk memoles lantai restoran, tembok, dan langit-langit. Di antara aroma cat, semen, dan beton, ada sentuhan harum wangi Oki. ”Ini untuk kolam renang dan restoran,” ujar Oki (40) menjelaskan fungsi lantai itu kelak.

Siang itu, dia bercelana jins biru dengan padanan blus putih. Rambutnya dibiarkan tergerai hingga mudah dipermainkan angin. Tanpa takut dia bergerak dari satu sudut ke sudut lantai itu, membuat beberapa tukangnya diam-diam melirik.

Dia mengaku biasa naik turun proyek sekadar untuk melihat perkembangan proyek. Dan, setiap kali mengunjungi proyek, Oki tetap berdandan rapi.

Termasuk mengenakan sepatu jinjit? ”Iya, meski sebenarnya kurang tepat. Tapi saya suka bandel ha-ha-ha. Namanya juga perempuan,” tutur Oki.

Oki adalah Direktur Komersial PT HK Realtindo, pengembang apartamen. Sebenarnya, dia tidak perlu repot-repot mengecek proyek, sebab ada divisi khusus di perusahaannya yang bertugas mengecek detail bangunan yang dikerjakan kontraktor.

”Tapi, saya merasa tetap harus melihatnya dengan mata kepala sendiri karena bagaimanapun ini barang dagangan saya,” tambah Oki, yang sebelumnya bekerja di induk perusahaannya, yakni perusahaan BUMN PT Hutama Karya.

Barang dagangan
Sebagai direktur komersial, Oki tentu saja bertanggung jawab memasarkan apartemen tersebut. Karena itu, dia harus tahu pasti bagaimana kondisi ”barang dagangannya” itu. Dia juga rajin membangun relasi dengan banyak pihak. ”Saya nongkrong dengan calon klien di mal. Kami rapat atau sekadar ngobrol-ngobrol. Dari acara nongkrong semacam itu biasanya kita bisa create something,” ujar Oki, yang suka menyelipkan kata-kata berbahasa Inggris di tengah tuturannya.

Setiap nongkrong, dia selalu mengajak beberapa anak buahnya. Tujuannya agar mereka juga terbiasa membuat jaringan klien. Cara itu, menurut Oki yang pernah menjadi petugas pemasaran, cukup ampuh. ”Saat nongkrong itulah kami meyakinkan bahwa apartemen kami sangat layak dibeli untuk tempat tinggal maupun investasi. Pembeli sekarang ini pintar. Kalau tidak bisa meyakinkan nilai lebih apartemen kami, mereka tidak akan tertarik,” ujar Oki.

Oki lantas bercerita tentang bisnis pengembang yang sebenarnya adalah bisnis gagasan. Developer-lah yang punya ide apakah satu lokasi akan dijadikan mal, apartemen, atau perkantoran yang menarik dan punya nilai lebih. ”Bisa dibilang kami menjual mimpi dulu. Bayangkan, barangnya (apartemen/kantor) belum jadi, tapi kita bisa membikin orang mau membeli,” tambah Oki.

”Betul kan?” katanya kepada anak buahnya yang kerap menggoda dan mengomentari penampilan Oki siang itu. Oki tampak sangat akrab dengan anak buah yang sebagian senang berceloteh. Hampir tidak ada jarak di antara mereka. Bos dan anak buahnya itu bahkan bisa ngerumpi dan tertawa bersama-sama.

Kerja dan kerja
Oki adalah pribadi yang mandiri. Dia bercerita, sejak SMA dia mengurus keperluannya sendiri dan dua adiknya lantaran kedua orangtuanya pindah ke Timor Timur (sekarang Timor Leste). ”Kami tinggal di paviliun rumah nenek. Tiap bulan kami dikirimi uang. Semua kami urus sendiri,” tutur Oki.

Ketika lulus SMA, ibunya berangkat ke Amerika Serikat. Oki dan ketiga adiknya kembali mengurus semua keperluan mereka sendiri, termasuk ketika kuliah di Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung. ”Hikmahnya, saya jadi sangat dekat dengan adik-adik,” ujarnya.

Setelah lulus kuliah, Oki bergabung dengan PT Hutama Karya tahun 1997. Dia memulai karier dari bawah, mulai koordinator proyek desain hingga akhirnya menjadi direktur komersial di PT HK Realtindo tahun 2010. Oki sempat keluar dari Hutama Karya tahun 2008 untuk berbisnis batubara. Di dunia perbatubaraan, bintang Oki ternyata kurang bersinar.

”Tapi saya dapat pelajaran bisnis yang sangat penting, termasuk tipu-tipunya. Ini membuat saya lebih berhati-hati ketika membuat keputusan.”

Oki mengatakan, gregetnya saat ini adalah bekerja. Itu sebabnya, dia tidak keberatan jika harus bekerja di hari Minggu. ”Tapi saatnya cuti, saya benar-benar liburan,” ujar Oki yang senang bertamasya ke Bali, berbelanja di Singapura, dan sesekali membantu pesantren yang dikelola kerabatnya.

Siang semakin terik. Oki turun dari lantai 26 dengan menggunakan lift darurat. Setelah melewati lorong-lorong gelap dan gerah, dia tiba di sebuah unit apartemen contoh yang berpendingin udara. ”Akhirnya selesai juga,” katanya sambil tersenyum.

(Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com