Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/01/2013, 10:21 WIB

KOMPAS.com - Tak banyak perempuan berkiprah dalam pembangunan pembangkit listrik atau tambang. Bagi Elvi Nasution, yang gemar mendesain baju dan aksesori cantik, bergelut di sektor energi adalah jalan untuk berbuat bagi negerinya.

Suatu sore di akhir pekan, Elvi baru kembali dari perjalanan bisnis. Tak ada kepenatan tebersit di wajah bersapuan riasan tipis itu. Dunia yang ia geluti memang menuntutnya terbiasa dengan perjalanan.

Kini, Elvi adalah Direktur Eksekutif Bank Perancis Natixis di Indonesia. Sebelumnya, ia menangani beragam proyek energi dan pertambangan sebagai pemimpin proyek pembiayaan Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Indonesia. Isu energi menjadi topik favorit Elvi sejak ia menjadi Spesialis Energi Grup Bank Dunia di Indonesia.

Perjalanan karier perempuan berdarah Batak, Padang, dan Jawa ini terentang sejak dari New York, Amerika Serikat, hingga Geneva, Swiss. Setelah 16 tahun menempuh studi dan karier di luar negeri, ia memilih pulang ke Indonesia.

Berlatar pendidikan keuangan dan ekonomi, Elvi bukan saja asyik dengan hitungan pembiayaan proyek bernilai ratusan juta dollar AS di atas kertas. Ia juga rajin ke lapangan dan melihat langsung eksekusi proyek yang perencanaan dan persiapannya bisa makan waktu bertahun-tahun itu.

Saking terpikatnya Elvi pada urusan listrik, misalnya, sempat tebersit di benaknya seharusnya dulu ia belajar jadi insinyur, bukan ekonom. ”Saya suka banget ke lapangan walaupun biasanya di area konstruksi pembangkit itu panas banget. Waktu liburan pun kadang yang saya baca masih juga buku soal listrik, ha-haha.”

Soal energi, Elvi juga menyuarakan keprihatinannya. Orang-orang yang secara ekonomi mampu tidak seharusnya ikut menikmati subsidi di negeri ini, misalnya pada tarif listrik dan bahan bakar minyak. ”Kenapa ya bisa boros untuk bayar pulsa dan gadget, tetapi enggak ingin bayar listrik dengan tarif tanpa subsidi. Padahal, tarif yang tepat juga bisa mendorong orang lebih hemat energi.”

Kenyataannya, kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan tidak selalu menjamin orang paham dan peduli pada persoalan di sekitarnya. ”Padahal, subsidi yang ikut mereka nikmati itu seharusnya bisa dipakai untuk membangun jalan, sekolah, atau sarana lain yang dibutuhkan masyarakat.”

Begitulah Elvi, ia bisa begitu bersemangat bicara tentang isu energi, lalu tiba-tiba berhenti dan bertanya, ”Jangan-jangan cerita saya bikin bosen ya?”

Cantik itu...
Hidup menawarkan begitu banyak hal menarik untuk dinikmati. Elvi pun menemukan banyak hal menarik dalam hidupnya, salah satunya memasak. ”Masakan saya oke lho. Kapan-kapan saya masakin ya.”

Keasyikan lainnya adalah merangkai butiran bebatuan dan payet jadi aneka bentuk perhiasan cantik. Tak heran, ia betah keluar masuk pasar batu di Jatinegara dan Mangga Dua. ”I love making things, nice things,” kata ibu satu anak berusia 5 tahun ini.

Barang-barang indah yang membuat seorang perempuan tampil cantik, di mata Elvi, tidaklah harus bermerek mahal. Hampir 70 persen dari baju milik Elvi didesain sendiri, lalu dikerjakan penjahit sesuai pesanannya. Karena itu, ia juga akrab dengan seluk beluk pasar kain Mayestik.

”Perempuan itu cantik kalau bisa mandiri.” Mandiri, di mata Elvi, tidak berarti setiap perempuan harus mengejar karier. Yang lebih penting adalah memiliki kapasitas untuk mandiri dan jiwa yang tak selalu bergantung pada orang lain.

Kesan pertama yang ditangkap mata memang tampilan fisik, ujar Elvi. Akan tetapi, berikutnya kecantikan akan menjelma sebagai pancaran dari dalam diri. Kemandirian dan rasa percaya diri itulah yang akan memancarkan kecantikan.

”Berkreasi, bikin kalung dan gelang, juga bisa jadi modal untuk mandiri lho,” katanya. Ketika tinggal di Geneva dan bekerja sebagai analis pasar energi di Lukoil dan konsultan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Elvi bahkan sempat merancang koleksi busana dan lolos mengikuti pameran dagang produk mode siap pakai di Paris, Perancis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com