Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/02/2013, 21:10 WIB

KOMPAS.com - Sudah banyak desainer dunia yang menyatakan kekagumannya pada kreativitas dan kemampuan desainer Indonesia, salah satunya desainer Belanda, Addy Van Den Krommenacker, dan Paco De Jaimes, Presiden World Fashion Week. Addy dan Paco sama-sama mengungkapkan kekaguman mereka terhadap pencapaian Indonesia ini.

"Indonesia punya semua sumber daya yang dibutuhkan, dari kain tradisional, mesin tekstil, skill, dan desainer yang andal. Dengan ini saya yakin bajwa Indonesia bisa menjadi pusat mode dunia sebelum 2025," ungkap Paco saat konferensi pers Indonesia Fashion Week 2013 di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.

Meski menerima banyak pujian, namun Indonesia terlihat masih tertatih dalam memajukan industri fashion-nya. Lalu apa yang jadi akar masalah kemajuan industri fashion Indonesia?

1. Penilaian rendah konsumen terhadap busana dalam negeri
Sampai saat ini, kebanyakan konsumen masih menganggap rendah kualitas dan desain busana kreasi desainer dalam negeri. "Masih banyak orang Indonesia yang berpikir bahwa pakaian bisa melambangkan status sosial mereka. Tak heran jika mereka berlomba-lomba untuk mencari pakaian dengan merek terkenal dari luar negeri," ungkap Dina Midiani, Direktur Indonesia Fashion Week 2013 kepada Kompas Female, beberapa waktu lalu.

Padahal jika dilihat lebih teliti, sebenarnya kualitas busana merek lokal tak kalah bagusnya dengan merek luar negeri. Hanya saja, soal kualitas masih dikalahkan kesan gaya saat memakai baju buatan luar negeri atau pakaian yang dibeli di luar negeri. "Industri fashion Indonesia tidak akan maju, jika orang Indonesia sendiri enggan menggunakan busana lokal," jelasnya.

2. Ketersediaan material kain
Ardistia Dwiasri, desainer Indonesia yang sukses di New York, mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang sering dihadapi desainer Indonesia adalah ketersediaan tekstil. "Bagi desainer, hal yang paling harus jadi perhatian lebih saat menciptakan busana adalah material bahannya," jelas Ardistia.

Bagi desainer, material yang dipilih akan berguna untuk merealisasikan keinginan serta imajinasi desainer dengan hasil nyatanya. Setiap bahan memiliki tipikal dan tekstur yang berbeda, dan perbedaan ini akan membuat hasil jadinya juga berbeda.

Saat memilih material, desainer juga harus berpikir tentang performance dan kontinuitas bahan. Performance bahan ini akan memengaruhi kenyamanan saat dipakai. "Semurah apa pun harga baju, kalau bahan yang digunakan tidak nyaman, pasti tidak akan disukai. Maka memilih bahan bisa jadi masalah yang serius," timpal desainer Oka Diputra, dalam acara yang sama.

Setelah menemukan bahan yang dicari, tantangan yang dihadapi selanjutnya adalah kontinuitas (ketersediaan) bahan untuk jangka panjang. Ardistia mengungkapkan masalah yang biasanya dihadapi adalah kesulitan untuk menemukan bahan yang sama dengan kualitas yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com