Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
Saya kembali tegaskan, anak saya tidak perlu terlalu serius belajar membaca. Dia tidak bisa juga saya tidak anggap masalah. Dia juga masuk SD. Kebetulan waktu masuk SD juga tidak ada syarat harus bisa membaca.
Bagaimana kalau SD menetapkan syarat itu? Jangan masukkan anak ke sekolah itu. Itu sekolah sesat. Anak Anda akan dididik secara salah di situ. Carlah sekolah lain.
Apakah tidak khawatir anak kita akan tertinggal kalau tidak bisa membaca? Banyak SD yang meski tidak menetapkan syarat bisa membaca untuk masuk, tapi kemudian ngebut dengan materi pelajaran, berbasis asumsi bahwa anak-anak sudah bisa membaca. Jadi, bagaimana?
Tertinggal apa, sih? Anak kita itu baru SD, kelas satu pula. Anak punya tahapan perkembangan yang unik. Ada yang cepat, ada yang lambat. Kenapa ia harus dipaksa mengikuti standar anak lain?
Banyak orang tua yang gila rapor. Anak-anak diukur dengan angka-angka di atas kertas tes dan rapor. Orang tua stres kalau nilai anaknya rendah. Lalu anak ditekan dengan berbagai jenis pelajaran dan les, sampai mereka stres juga.
Pak, Bu, itu anakmu baru kelas 1 SD. Bukan besok dia mau cari kerja. Ada banyak kasus, anak yang lambat saat kelas 1-3, kelak melejit. Sebaliknya ada yang bagus kelas-kelas awal, tapi saat besar melempem.
Jangan panik dan kalap dengan nilai rapor. Kenali anak Anda, kenali potensinya. Kita harus jadi yang paling tahu, di bagian mana anak kita belum bisa, dan kita harus temukan cara untuk membuat dia bisa. Ingat, kita penanggung jawab pendidikan dia.
Anak saya nomor 3 termasuk lambat dalam belajar. Sekarang dia sudah kelas 4. Khususnya di pelajaran matematika, dia lambat. Diajari sekarang bisa, nanti malam dia sudah lupa lagi.
Tapi saya tidak khawatir. Saya terus ajari. Panduannya, dia bisa menangkap hal lain. Dia bisa berkomunikasi dengan benar. Dia tumbuh normal. Saya yakin, perlahan dia akan menguasai materi. Saya harus sabar, dan terus mendampingi dia.
Kenapa mesti gusar dengan hasil belajar anak yang masih kelas 1? Di fase itu yang penting bukan berapa nilai dia. Yang penting, dia menikmati proses belajar. Dia tidak merasakan belajar sebagai siksaan yang harus dia hindari.
Dia harus menemukan cara dia memahami sesuatu. Kita berada di dekat dia untuk membimbing dia menemukan jalan itu.
Sangat disayangkan bila ada orang tua yang justru tidak terlibat dalam proses itu, tapi hanya melihat angka-angka di atas kertas ulangan dan rapor anaknya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang