Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2018, 11:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

 
KUBU RAYA, KOMPAS.com - Di tengah arus kecanduan gawai, Stenly Carles (20) punya prinsip berbeda.

Pemuda berusia 20 tahun ini lebih tertarik mendedikasikan diri ke masyarakat saat waktu luang.

Bahkan, kegemaran itu sudah dilalui sejak masih duduk di bangku sekolah.

Apa yang dikerjakan Stenly? Dia menjadi petugas pemadam kebakaran.

Tergabung dengan Badan Pemadam Kebakaran Bhakti Raya (BPKBR), Stenly bukan diutus pemerintah daerah setempat, Pemkab Kubu Raya.  Dia menjadi sukarelawan. 

Saat waktu luang dia melakukan tugas tersebut. Pemua dini mengaku hal  itu dia lakukan karena panggilan jiwa.

Perkenalkannya dengan pekerjaan memadamkan si jago merah dimulai sejak dia duduk di SMA.

Dia mulai tertarik bergabung karena teman-teman sepergaulan menghabiskan waktu di sana.

Ditemui Kompas Lifestyle yang berkunjung bersama Wismilak Foundation, Stenly bercerita tak mudah menjadi petugas damkar.

Dia perlu dilatih khusus dengan perlengkapan seadanya, dan merelakan waktu bermain untuk berlatih.

Selama enam bulan dididik dengan pelatihan khusus, Stenly akhirnya resmi menjadi petugas Damkar BPKBR.

Perjuangan belum usai, karena ujian sebenarnya terjadi saat dia bertugas.

Nah, selama masa itulah muncul beragam pengalaman. Ada salah satu pengalaman yang dia sebut tak terlupakan. 

Saat itu dia masih bersekolah. Waktu masih menunjukkan pukul 11.00 —tepat tiga jam lagi sebelum jam pulang. Saat itu masuk sebuah pesan singkat ke ponselnya.

Si jago merah mengamuk di daerah Parit Mayor. Tanpa "ba-bi-bu", Stenly dan tiga kawannya meluncur dengan sepeda motor ke sana. Dia meninggalkan kelas.

Dengan seragam sekolah yang masih menempel, mereka langsung bergegas mengambil posisi.

Paham betul tak membawa pakaian safety, dia membantu menahan selang agar teman yang berada paling depan tak terlempar akibat tekanan air.

“Selang itu saya dekap, ditahan agar tidak melempar teman di depan,” kata Stenly kepada Kompas Lifestyle, di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (2/3/2018) lalu.

Api padam, tapi Stenly dan kawannya dipanggil guru. Mereka diinterogasi kenapa meninggalkan kelas tanpa pamit.

Dia menjelaskan semua cerita tadi, dan beruntung guru di sekolahnya menerima.

“Tapi ada catatan, besok-besok jangan semuanya pergi, satu orang saja,” kata Stenly sembari tertawa.

Sebagai petugas damkar, Stenly harus siap dengan risiko apa pun, termasuk kecelakaan kerja.

Tahun 2017 lalu dia pernah terjatuh dari atas mobil damkar. Saat hendak berganti posisi duduk, dia terpeleset dan jatuh. Tangan kiri terlindas ban depan mobil.

“Tangan ini patah bang terlindas, tapi semangat saya tidak,” kata Stenly yang kini sudah pulih dan mengaku tak kapok.

Meski berisiko besar, Stenly mengerjakan tugasnya tanpa pamrih. Tak sepeser pun digaji. Semua dilakukan karena semata-mata sosial dan ingin menambah ilmu.

“Saya ingin lebih banyak membantu masyarakat,” kata dia kini yang bekerja di toko kelontong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com