JAKARTA, KOMPAS.com - Selama beberapa tahun terakhir, industri mode mengikuti kemauan pasar yang menghendaki "fast fashion" yang trennya berubah sangat cepat. Tidak lagi mengikuti pergantian musim seperti sebelumnya.
Namun, kini tren mode yang lambat (slow fashion) justru menjadi primadona.
"Slow fashion, itu jadi primadona di fesyen global, " kata desainer Merdi Sihombing dalam sebuah konferensi pers di acara Indonesia Fashion Week 2018.
"Tren fashion yang dikerjakan oleh garmen punya tuntutan cepat, cepat, akhirnya tidak memikirkan sisi kemanusiaan," ujar Merdi di Jakarta Convention Center, Rabu (28/3/2018).
Ia menjelaskan, banyaknya pekerja garmen yang dipekerjakan tidak manusiawi termasuk pekerja di bawah umur membuat sejumlah pihak mulai memikirkan slow fashion.
Fesyen yang proses pembuatannya cenderung lebih lama dan pembuatnya memiliki kemahiran tertentu. Misalnya, kain tenun.
Slow fashion juga lebih memerhatikan lingkungan sekitar yang terdampak.
"Slow fashion yang pekerjaannya lama, craftmanship. Tenun, sulam. Bukan hanya pakai warna alam, kimia juga tapi lebih dipikirkan. Jadi satu produk pengerjaannya lama," tuturnya.
Namun, ia melihat masih banyak yang memiliki pemahaman cukup soal slow fashion serta menggarap kain-kain daerah menjadi produk yang sesuai perkembangan zaman.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.