Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Asmat Melihat Dunia", Lestarikan Tradisi Ukir Asmat...

Kompas.com - 22/05/2018, 18:30 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Koleksi ukiran Asmat sudah sohor di dunia.

Beberapa museum, misalnya, Metropolitan Museum of Art di New York, museum di Amsterdam, hingga Paris, menyimpan koleksi ukiran Asmat.

Indonesia bukan nihil usaha, namun -mungkin, belum maksimal, hingga tertinggal jauh.

Terletak di Agats Asmat, Papua, kondisi museum saat ini dianggap cenderung dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.

Di sana, segala hasil karya Asmat  belum dipamerkan sebagaimana semestinya di dalam sebuah museum. 

Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.

“Bahkan, mereka (masyarakat Asmat) menganggap (museum) lebih ke sebagai gudang, bukan museum.”

Demikian kata Yori Antar, arsitek sekaligus penggagas Rumah Asuh di Tangerang, Selasa (22/5/2018).

Rumah Asuh yang didukung oleh Yayasan Widya Cahaya Nusantara berencana merevitalisasi Museum Asmat.

Baca juga: Seni Budaya Asmat Jadi “Kiblat” Inspirasi Perhiasaan Papan Atas

Rencana itu didasari hasil studi terhadap tiga museum lain yang memamerkan hasil ukiran Asmat—New York, Amsterdam, dan Paris.

Salah satu langkah mendukung revitalisasi ini adalah dengan membuat sebuah pameran Asmat Melihat Dunia.

Pameran itu akan digelar di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan dari 6 Mei-8 Juni 2018.

Dalam pameran itu, koleksi ukiran Asmat dibagi menjadi enam area berdasarkan tema karyanya.

Pembagian itu adalah, People, Home & Culture, Warrior, Asmat & Modern Approach, Tree, dan Water.

Masing-masing memiliki arti seperti ukiran tema People mewakili leluhur, kerabat atau tokoh yang dihormati.

Kemudian Home & Culture mencakup bentuk Rumah Jeuw yang sakral dan dipercaya pertama kali dibangun oleh Dewa Fumeripitsj, serta Eme (tifa) yang bunyinya mengiringi tarian-tarian Asmat.

Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.

Lalu Warrior merefleksikan panggilan jiwa lelaki Asmat yang membaktikan diri untuk berburu dalam bentuk tombak, busur, dan panah sebagai senjatanya.

Setelah itu ada Asmat & Modern Approach yang mempersembahkan kepiawaian Asmat dalam mengembangkan daya artistik ukiran menjadi lampu.

Ada juga area Tree yang mewakili pedoman hidup Asmat yang bertumpu pada alam yang lestari, terutama pohon yang juga dijadikan refleksi dalam hidup mereka.

Terakhir Water, dipersembahkan dalam ukiran berbentuk perahu.

Ini menceritakan kemenangan Dewa Fumeripitsj di atas perahu lesung dalam pertarungan dengan buaya, serta keyakinan Asmat bahwa perahu merupakan kendaraan para leluhur menuju surga.

Menariknya, masing-masing koleksi itu ditempatkan sesuai dengan tema karyanya, misalnya, water di dekat air, atau ukiran tree di taruh dekat pohon.

“Persis seperti orang Asmat menaruh karya-karya mereka, kalau pohon ya di hutan, atau air di rawa-rawa."

"Karena mereka menganggap di setiap ukiran ada rohnya, jadi tidak bisa dicampur-campur menjadi satu,” ungkap Yoris.

Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Koleksi ukiran Asmat dalam pameran Asmat Melihat Dunia di Han & Awal Partners, Bintaro, Tangerang Selatan.

Konsep ini, lanjut Yoris, juga akan diterapkan dalam revitalisasi museum Asmat.

Setiap karya ukiran akan ditempatkan di area semestinya, sehingga museum akan dikonsep seperti kepercayaan masyarakat Asmat.

Ada pun untuk dana revitalisasi didukung dari hasil penjualan koleksi yang dipamerkan dalam Asmat Melihat Dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com