KOMPAS.com - Hidup di lingkungan masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, membuat kita sebagai orangtua wajib mengajarkan anak untuk menghargai perbedaan dan toleransi.
Orang yang tidak terbiasa pada keberagaman sering merasa cemas pada segala hal yang berbeda dan terkadang menganggapnya sebagai ancaman.
Sikap ini bukan saja bisa menimbulkan rasa intoleransi, tapi juga mempersempit peluang anak untuk bergaul, mendapat pendidikan, atau pekerjaan, di kemudian hari.
Sebagai orangtua mengajari anak menghargai perbedaan atau keberagaman bisa dimulai dari cara-cara sederhana di rumah, sedini mungkin.
"Perkenalkan sedini mungkin. Mungkin bisa dimulai dengan mengenalkan bahwa setiap orang punya perbedaan, misalnya warna kulit atau cara berpakaian," kata psikolog anak Feka Angge Pramita M.Psi, dalam acara temu media yang diadakan Frisian Flag di Jakarta (31/5).
Feka menjelaskan, secara alami otak manusia akan melihat di antara yang homogen pasti ada yang heterogen. Misalnya saja meski sama-sama wanita dewasa, ada perbedaan warna kulit atau bentuk rambut. Itu sebabnya lebih baik kita memperkenalkan anak seluas mungkin.
Baca juga: Sekolah SABDA, Tempat Belajar Menghargai Perbedaan Antar Umat Beragama
Bayi dan anak-anak balita secara alami punya rasa ingin tahu besar, responsif, dan ingin mengeksplorasi lingkungannya. Termasuk belajar menerima orang yang berbeda dengan mereka.
Namun, tanpa disadari orang dewasa di sekitarnya menanamkan intoleransi.
Anak-anak cenderung mencontoh apa yang mereka dengar dan lihat. Karenanya, sebagai orangtua kita wajib mencontohkan perilaku yang menunjukkan kita menghargai perbedaan.
Anak yang tidak pernah diajar untuk membeda-bedakan orang lain, akan tumbuh menjadi anak yang memiliki sikap empati dan toleransi terhadap sesamanya.
"Orangtua juga perlu membangun komunikasi dengan anak. Misalnya tentang suku, budaya, atau agama lain, kita bisa membuka diri untuk berdiskusi," kata Feka.
Ia mengatakan, jika orangtua tetap menjaga agar anak berada di lingkungan homogen, anak bisa mencari tahu sendiri.
"Kalau dia dapat informasinya dari yang supreme, ia akan menganggap golongannya yang dominan, muncul rasa dominasi dibanding pihak lain," ujar psikolog dari Klinik Anakku ini.
Baca juga: Rian D?MASIV Ajarkan Anak Pentingnya Menghargai Perbedaan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.