Kim Kardashian Dianggap Aktris Paling "Berbahaya" di Google

KOMPAS.com - Tak ada yang tak mengenal Kim Kardashian, pesohor dengan jumlah pengikut 58 juta di Twitter dan 118 juta pengikut Instagram.

Wanita 37 tahun ini juga kerap menciptakan berbagai kontroversi yang membuat namanya banyak dicari oleh publik.

Tak sedikit orang yang melakukan pencarian di Google untuk mengetahui kabar terbaru dari Kim atau keluarganya, atau pun tentang produk make up yang dimilikinya.

Namun, menurut riset dari perusahaan cybersecurity, McAfee, Kim Kardashian adalah selebriti paling berbahaya dalam pencarian online di Inggris.

Disebutkan, para hacker akan sering memangsa pengguna internet dengan memperhatikan istilah pencarian yang umum digunakan.

Mereka mengelabui pengguna internet untuk mengklik tautan dengan kata tersebut lalu mengarahkan ke situs web berbahaya atau mendorong mereka untuk mengungkapkan detail pribadi seperti kata sandi.

Kim Kardashian menduduki puncak daftar selebritas yang paling berisiko dalam pencarian online di Inggris, diikuti oleh Naomi Campbell, Kourtney Kardashian, Adele dan Caroline Flack.

Bintang serial Orange is The New Black, Ruby Rose, menduduki urutan yang sama dalam daftar versi Amerika Serikat.

Baca juga: Intip Gaya Formal dan Elegan Kim Kardashian ke Gedung Putih

Ketua tim riset McAfee, Raj Samani mengatakan para pengguna internet harus waspada ketika menjelajahi web di zaman yang terobsesi budaya pop saat ini.

"Dengan pengaruh Kim Kardashian dan usaha bisnisnya, orang-orang akan berusaha keras untuk lebih mirip Kim," tambahnya.

Meski internet menjadi tempat utama untuk mencari informasi, penting bagi konsumen untuk memastikan mereka menjelajahi konten digital yang aman.

Kita dapat mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan keamanan siber, seperti membuat kata sandi yang kompleks dan berhati-hati ketika menggunakan jaringan WiFi publik.

Namun, pihak McAfee juga menekankan kehati-hatian saat mengklik tautan secara online. PIhak perusahaan menyatakan banyak ancaman online saat ini didasarkan pada phishing atau manipulasi psikologis.

Email spam, penawaran palsu 'gratis', clickbait, kuis daring, dan lainnya semua menggunakan taktik ini untuk membujuk kita mengeklik tautan berbahaya atau mengungkap informasi pribadi.