Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

90 Persen Garam di Dunia Mengandung Mikroplastik, Indonesia Tertinggi

Kompas.com - 19/10/2018, 18:21 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com -  Kandungan mikroplastik sudah ditemukan di dalam garam laut sejak bertahun-tahun yang lalu.

Namun selama itu, belum terungkap berapa banyak kandungan material tersebut pada bumbu masak yang paling sering digunakan di seluruh dunia ini.

Mikroplastik adalah potongan kecil dari plastik yang dapat mencemari lingkungan.

Sifat plastik yang tak lebur selama bertahun-tahun menyebabkan partikel itu dapat tertelan dan masuk serta terakumulasi di dalam tubuh dan jaringan organisme.

Nah, sebuah hasil penelitian terbaru yang dilansir laman National Geographic menyebut, kandungan mikroplastik ditemukan pada 90 persen merek garam meja yang diteliti dari seluruh dunia.

Baca juga: 5 Fakta Mengejutkan tentang Air Garam dan Fungsinya bagi Kita

Dari 39 merek garam yang diteliti, ada 36 yang ternyata mengandung mikroplastik. Data itu berdasarkan hasil penelitian di Korea Selatan dan organisasi Greenpeace Asia Timur.

Dengan memperhatikan hasil penelitian sebelumnya, maka riset terbaru ini merupakan yang pertama kali dilakukan dalam skala tertentu, dengan melihat sebaran mikroplastik.

Hal tersebut, -tentunya dilakukan dengan memperhatikan faktor geografis dari keberadaan garam meja, dikaitkan dengan di mana polusi plastik ditemukan.

"Temuan ini sekaligus menunjukkan bahwa konsumsi mikroplastik manusia melalui produk laut sangat terkait dengan emisi di wilayah tertentu.”

Demikian dikatakan Seung-Kyu Kim, Profesor Sains Kelautan dari Incheon National University di Korsel.  

Disebutkan, sampel garam diambil dari dari 21 negara di Eropa, Amerika utara dan selatan, Afrika, dan Asia.

Ada tiga merek yang tak mengandung mikroplastik berasal dari Taiwan, China, dan Perancis.

Baca juga: Waspadai Garam Bodong yang Bisa Mengakibatkan Stunting

Produk dari Taiwan adalah garam laut yang dimurnikan, sementara dari China adalah produk garam batu halus.

Lalu dari Perancis garam laut tak dimurnikan yang dihasilkan dari penguapan matahari. 

Riset ini pun mendapati bahwa kepadatan mikroplastik pada garam amat beragam pada masing-masing merek yang diteliti.

Namun yang patut menjadi perhatian adalah kandungan terbanyak ada pada garam produksi Asia.

Indonesia tertinggi 

Nah, yang lebih mengejutkan dari temuan ini adalah garam meja yang dijual di Indonesia memiliki kandungan mikroplastik tertinggi dibandingkan sampel lainnya.

Asia selama ini dikenal sebagai wilayah dengan angka pencemaran plastik yang tinggi.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia (54.720 kilometer) pun menduduki peringat kedua dunia untuk problem polusi plastik.

Dalam indikator lain berdasarkan letak geografis, pencemaran garam tertinggi ditemukan pada produk garam danau dan garam batu.

Baca juga: Manfaat Air Garam untuk Kecantikan

Hasil penelitian terbaru ini merupakan yang kelima dalam beberapa tahun terakhir. 

Penelitian serupa sudah pernah dilakukan di Spanyol, China, Amerika Serikat, dan sejumlah kelompok dari Perancis, Inggris, dan Malaysia. 

Sherri Mason, Profesor dari State University of New York di Fredonia, bekerjasama dengan periset di University of Minnesota, juga pernah menggelar studi serupa.

Dia mengatakan dalam sebuah wawancara, temuan terbaru ini merupakan pecahan baru dari puzzle teka-teki untuk mereka dampak mikroplastik.

“Fakta bahwa mereka menemukan jumlah yang tertinggi ada di Asia, itu menarik."

"Meskipun tidak mengherankan, tapi hal itu tentu harus dilengkapi dengan data yang kuat," kata dia.

Baca juga: Yuk, Kenali Khasiat Larutan Air Garam

"Studi sebelumnya menemukan jejak mikroplastik dalam produk garam yang dijual di negara-negara itu (Asia), tetapi kami belum tahu seberapa banyak," sebut Mason.

Apakah berbahaya?

Jika temuan dalam penelitian ini mengungkap hal yang sedemikian mengejutkan, maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah kandungan mikroplastik berbahaya bagi manusia?

Penelian ini memperkirakan, rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 2.000 mikroplastik setahun lewat produk garam.

Namun, apa yang tercermin dari data tersebut masih menjadi misteri. 

Penelitian berbeda di University of York, Inggris, berusaha mengungkap risiko mikroplastik.

Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan, bahwa tidak cukup didapat temuan yang bisa menentukan apakah mikroplastik berbahaya. 

Peninjauan terhadap 320 penelitian yang ada mengungkap adanya celah yang dominan terkait pengertian ilmiah dan relasinya dengan dampak mikroplastik tersebut.

Penelitian menguji berbagai jenis mikroplastik, termasuk microbeads, fragmen, dan serat, yang mengarah pada "ketidakcocokan" data bak membandingan apel dan pir."

Baca juga: Ingin Atasi Stres? Coba Tambahkan Garam Saat Berendam

Demikian diungkapkan Alistair Boxall, Profesor Geografi Universitas York dalam sebuah pernyataan. 

“Berdasarkan analisa kami, saat ini hanya ada bukti terbatas yang mungkin menggiring pada kesimpulan bahwa mikroplastik melahirkan dampak merugikan yang signifikan."

“Dibutuhkan sebuah penelitian intensif dengan kualitas yang lebih bagus dan pemantauan lingkungan yang lebih menyeluruh demi membuktikan dampaknya," kata dia.

Penelitian terbaru ini dibiayai oleh the Personal Care Products Council, sebuah kelompok industri perdagangan, yang kemudian dipublikasikan di dalam jurnal Environmental Toxicology and Chemistry.

Baca juga: 4 Rahasia Mencerahkan Wajah Dengan Garam Dapur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com