JAKARTA, KOMPAS.com - Kita tentu masih ingat bahwa gerai-gerai sepatu Clarks ditutup tahun 2018 lalu dengan diskon besar-besaran.
Konon alasan penutupan adalah karena sepatu-sepatu yang ditawarkan kalah bersaing dengan tren sneakers dan sepatu kasual yang populer belakangan ini.
Padahal sebenarnya banyak pesohor tetap terlihat mengenakan Clarks, seperti David Beckham, Pangeran Harry, hingga Kanye West yang merancang Yeezy.
Namun sebagai perusahaan yang sudah ada sejak hampir 200 tahun lalu, Clarks dianggap merek yang menawarkan sepatu untuk orang-orang tua saja.
Rupanya beberapa orang masih belum tahu bahwa brand asal Inggris itu hadir lagi di Indonesia sejak akhir tahun lalu dengan konsep yang berbeda, dengan merangkul semua usia, tanpa meninggalkan nama besarnya.
Lalu seperti apa konsep baru tersebut? Mengapa Clarks berani membuka gerai kembali di Indonesia, bahkan banyak gerai rencananya?
Baca juga: Cerita di Balik Kembalinya Clarks ke Indonesia
Kompas Lifestyle mendapat kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Guillaume Nagy, president Clarks untuk South East Asia dan Oceania, sebelum ia meresmikan gerai Clarks di Pondok Indah Mal beberapa waktu lalu. Berikut wawancaranya:
Kompas.com: Apa konsep baru yang dibawa Clarks saat kembali ke Indonesia, dan apa bedanya Clarks dulu dengan sekarang?
Guillaume Nagy, president Clarks untuk South East Asia dan Oceania.
Saya bergabung dengan Clarks Juni 2017, atau sekitar 1,5 tahun lebih, hampir dua tahun. Mandat yang saya dapatkan adalah melakukan transformasi dan menterjemahkan strategi baru perusahaan menjadi langkah-langkah yang spesifik menyesuaikan pasar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.