KOMPAS.com - Seorang lelaki tinggi kurus dengan tato bergambar gelas anggur di lengan kanannya terlihat sibuk mempersiapkan sejumlah peralatan di balik bar di restoran Hakkasan, Jakarta, sore itu.
Di sekitarnya, ada sejumlah orang yang juga berpakaian serba hitam, ikut membantu mempersiapkan gelas-gelas serta sejumlah botol minuman.
"Kita akan pakai ini," kata lelaki itu sambil mengangkat selembar papan kayu dan meletakkannya di sisi paling atas dari meja bar.
Kayu berwarna dasar terang itu sudah gosong terbakar pada bagian tengahnya. Ukuran kayu itu kira kira 30x15cm.
"Ini kayu kopi, saya akan membakarnya, lalu menutup bekas bakaran itu dengan gelas ini, supaya aroma bakar tertinggal di dalam gelas," kata dia.
Lelaki itu adalah Richard Charles, Bar Manager Hakkasan Indonesia.
Dia adalah salah satu dari 30 semifinalis World Class Competition, yang akan bersaing merebut satu tiket ke Glasgow, Skotlandia, September 2019.
Kompetisi ini digelar oleh Diageo, produsen berbagai minuman alkohol seperti Johnnie Walker, Crown Royal, Bulleit and Buchanan’s, hingga Smirnoff dan Baileys.
Sore itu, Richard mempresentasikan kreasi koktail dengan bahan dasar Bulleit Bourbon yang akan dibawa dalam kompetisi dunia tersebut.
Koktail adalah istilah untuk minuman beralkohol yang dicampur dengan bahan-bahan lain yang beraroma.
"Ide saya menggunakan bahan lokal, makanan tradisional. Semua orang tahu jagung bakar," kata dia.
Dalam kreasi ini, Bulleit Bourbon dipadukan dengan racikan brem putih, kombinasi lada, serta aroma bakar dari kayu kopi tadi.
Hasilnya, minuman kreasi Ricard yang diberi nama "corn & pepper" itu terasa unik, ada aroma bakar yang berpadu dengan cita rasa rempah, tanpa meninggalkan kecapan khas bourbon.
"Ini enak ya, gak terlalu strong rasanya, aroma bakarannya juga kerasa banget, ada kaya rasa jamunya," kata salah satu jurnalis yang juga mencicipi racikan itu.