Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2019, 11:03 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita mungkin pernah mendengar beberapa kasus anak muda dan sehat mengalami sudden cardiac arrest (henti jantung mendadak) dan meninggal di tengah lari maraton atau olahraga lainnya.

Menurut sebuah review yang dipublikasikan di CMAJ yang melihat riset serta pedoman perawatan dan pencegahan masalah ini, kasus henti jantung sebetulnya jarang terjadi.

Rasio henti jantung mendadak di kalangan atlet hanya berkisar 0,75 per 100.000 orang setiap tahunnya. Menurut penulis studi yang juga direktur divisi Kardiologi di University of Toronto, Paul Dorian, M.D, henti jantung mendadak pada atlet juga cenderung terjadi pada masa istirahat, bukan ketika olahraga berlangsung.

Henti jantung mendadak terjadi ketika jantung kita berhenti secara tak terduga. Jika serangan jantung biasa terjadi karena ada gumpalan menghalangi aliran darah ke jantung, maka henti jantung terjadi seperti sengatan listrik.

Menurut Asosiasi Jantung Amerika, sekitar 90 persen orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit meninggal dunia.

Belum jelas diketahui apa yang bisa memicu henti jantung mendadak dan mengapa hal ini bisa terjadi. Namun menurut Dorian, pada umumnya henti jantung di kalangan non-atlet dan sebagian atlet terjadi karena adanya gumpalan di pembuluh arteri yang mengalirkan darah menuju jantung.

"Dengan kata lain ada masalah "pipa" yang menyebabkan serangan tersebut," kata Dorian.

Baca juga: Kebiasaan Sehari-hari Agar Jantung Tetap Sehat

Pada atlet lainnya, penyebab henti jantung mendadak masih belum diketahui sebab penggumpalan bukanlah faktor pemicunya.

Faktanya, dalam ulasan tersebut para penulis mencatat bahwa penyebab tertinggi henti jantung pada atlet di bawah usia 35 tahun dikategorikan sebagai penyakit serangan elektrikal primer tanpa penyebab spesifik yang teridentifikasi.

Namun kemungkinan lainnya adalah masalah genetik yang disebut kardiomiopati hipertrofi dimana dinding jantung menebal atau hipertrofi ventrikel kiri idiopatik dimana
ada penebalan atau pembesaran ruang pompa jantung kiri.

Itulah mengapa, identifikasi risiko henti jantung sebelum olahraga sangatlah penting.

Menurut ulasan tersebut, ada beberapa tanda yang bisa kamu perhatikan.

  • Nafas memendek secara tiba-tiba selama olahraga.
  • Dada sesak.
  • Adanya tekanan, nyeri atau rasa tidak nyaman ketika olahraga berlangsung.
  • Hilang kesadaran, terutama di tengah olahraga.
  • Jantung berdebar hebat dan tak terduga, atau sensasi tidak enak dan detak jantung kencang pada kondisi yang tidak seharusnya.
  • Pusing hebat dan nyaris pingsan secara mendadak.

Jika kamu mengalamu beberapa gejala ini, terutama ketika sedang berolahraga, hubungilah dokter untuk mendapatkan bantuan medis.

Dokter biasanya akan menanyakan riwayat medis kita dan keluarga kita dan jika diindikasikan perlu, kita akan menjalani serangkaian tes seperti elektrokardiografi dan diminta membatasi olahraga.

Henti jantung adalah masalah serius yang mematikan. Meski begitu, belum ada bukti kuat untuk mendukung perlunya screening bagi para atlet yang berada dalam kondisi sehat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com