Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lebay" Proteksi Diri Pakai Baju Hazmat Justru Bahaya, Apa Alasannya?

Kompas.com, 30 Maret 2020, 17:45 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video viral di media sosial karena menunjukkan sepasang suami istri mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat ketika berbelanja di pusat perbelanjaan di Gandaria City, Jakarta Selatan.

Seperti diketahui, baju hazmat biasa digunakan oleh tenaga medis sebagai perlindungan dari material berbahaya atau penyakit infeksi.

Kepolisian setempat mengatakan pasangan tersebut marah-marah ketika diminta melepaskan baju hazmat mereka. Diduga mereka takut terjangkit virus corona.

Pemandangan serupa pernah kita lihat sebelumnya, misalnya model Naomi Campbell yang mengenakannya ketika hendak naik pesawat dan komedian Howie Mandel yang memakainya untuk syuting America's Got Talent.

Meski baju hazmat kerap digunakan sebagai pelindung oleh tenaga medis, apakah manfaat serupa bisa didapatkan masyarakat bisa ketika mengenakannya saat beraktivitas?

"Mungkin itu menyenangkan. Namun dari sudut pandang keamanan dan higienitas, itu merupakan bencana," kata direktur Harvard Global Health Insitute, Dr. Ashish K. Jha, seperti dilansir dari GQ

Jha menambahkan, seperti masker bedah yang sekarang kini banyak dikenakan orang, tindakan perlindungan heboh seperti memakai APD hanya berguna bagi mereka yang sudah terinfeksi, sehingga dapat melindungi orang lain agar tidak tertular.

Baca juga: Presiden Jokowi: Stok Semakin Terbatas, RI Butuh 3 Juta APD

Namun, menggunakan baju hazmat untuk menghindari virus corona mungkin justru memberi hasil sebaliknya.

Dengan kata lain, melindungi diri tidaklah sesederhana hanya dengan mengenakan baku hazmat.

"Biasanya, ada protokol khusus yang harus kamu ikuti, atau kamu akhirnya benar-benar menulari diri sendiri," kata Jha.

Ia mencontohkan ketika menangani wabah Ebola, ada banyak tenaga medis yang terinfeksi meskipun mereka sudah dibekali pelatihan. Penyebabnya, masih banyak tenaga kesehatan yang saat itu tidak cukup hati-hati dan mengikuti aturan yang tepat tentang cara melepaskan pakaian tersebut.

Naomi CampbellInstagram Naomi Campbell Naomi Campbell

Jha mengatakan bahwa salah satu langkah paling penting untuk menghindari paparan virus adalah dengan tidak menyentuh wajah.

Hal yang dikhawatirkan ketika memakai masker adalah orang-orang justru makin sering menyentuh wajahnya.

Baca juga: 7 Cara Menghilangkan Kebiasaan Pegang Wajah untuk Cegah Virus Corona

Kekhawatiran keduanya adalah bahwa baju hazmat memiliki kesan seperti kostum superhero.

"Dugaan saya adalah mereka mungkin merasa lebih tak terkalahkan karena mereka (berpakaian) seperti itu. Membuat mereka jadi kurang berhati-hati," katanya.

Sementara itu, profesor epidemiologi dari Kent State University, Tara Smith mengatakan kepada Futurism bahwa fenomena tersebut sudah dipantau olehnya. Ia mengaku sangat skeptis dengan cara orang awam mengenakan pakaian tersebut. 

Pekerja menunjukkan alat pelindung diri buatan konveksi milik Riswan Halomoan di kawasan PIK, Penggilingan, Jakarta Timur, Kamis (26/3/2020). Konveksi ini memproduksi 1000 APD perhari pesanan dari berbagai rumah sakit untuk tenaga medis yang menangani pasien COVID-19.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Pekerja menunjukkan alat pelindung diri buatan konveksi milik Riswan Halomoan di kawasan PIK, Penggilingan, Jakarta Timur, Kamis (26/3/2020). Konveksi ini memproduksi 1000 APD perhari pesanan dari berbagai rumah sakit untuk tenaga medis yang menangani pasien COVID-19.

Sebab, tanpa pelatihan dan pengepasan yang tepat, baju hazmat dan APD lainnya tidak akan efektif

"Sarung tangan hanya akan melindungi kita jika kita melepasnya dengan cara yang benar, atau kita hanya akan mengontaminasi tangan kita sendiri ketika melepasnya," kata Smith.

"Dan jika sarung tangan tersebut terkontaminasi dan kamu menyentuh objek lain (seperti produk makanan) maka kita hanya akan membawa kontaminan itu pulang."

Cara terbaik melindungi diri

Jika kamu pernah tergoda untuk membeli APD sendiri, pikirkanlah bahwa memakai masker atau baju hazmat saja mungkin belum cukup untuk melindungimu dari infeksi virus.

Baca juga: IDI: Kalau Tidak Ada APD, Kami Mati

Peringatan ini mungkin sudah bosan kamu dengar, namun ingatlah bahwa cara terbaik melindungi diri sendiri dari infeksi virus corona tak semata pada obat atau perangkatnya, melainkan dengan menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh, serta melakukan pembatasan sosial.

Direktur program epidemiologi genetik dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Priya Duggal, mengira orang-orang yang mengenakan baju hazmat di publik hanyalah mencari perhatian.

“Mempraktikkan teknik pembatasan sosial yang baik termasuk menghindari pertemuan besar, mencuci tangan dan membatasi kontak dengan orang lain cukup untuk mengurangi penularan Covid-19,” katanya.

"Cara itu memang tidak sempurna, tetapi itu berhasil. Mengenakan pakaian hazmat juga efektif tetapi berpotensi menciptakan rasa aman yang salah bagi individu dan meningkatkan kecemasan pada orang-orang di sekitar mereka."

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau