Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2020, 15:53 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Tentang hal ini, Hermawan Kartajaya menyebutnya sebagai bagian dari windfall profit bagi para pedagang.

Di sisi lain, permintaan akan sepeda meningkat karena "terbantu" krisis pandemi Covid-19, di mana orang membutuhkan sepeda. 

"Orang kan ada kelas-kelasnya, kalau yang kelas atas kayak gitu," kata Hermawan.

"Kalau 30-50an juta jadi Rp 200 juta, menurutku ya tetap dibeli, tapi tidak bisa banyak," sambung dia.

Baca juga: Kreuz, Sepeda Brompton Made in Bandung yang Laris Manis

"Tapi, orang yang pegang duit kan banyak, pasti tetap mau."

"Jaman krisis gini yang bawah yang setengah mati, tapi yang atas kan pegang duit justru sekarang dia mau menikmati," cetus dia.

"Sudah lama terkungkung di rumah, dia pikir sudah ngirit yang lain lain. Consumer behavior-nya kan gitu, jadi sekarang ditumpahkan ke sini," sambung Hermawan.

"Sekalian kan sehat (bersepeda). Walaupun pakainya nanti kan nggak saban hari, nggak maksimal. Tapi sekarang kan kebutuhan utama kesehatan itu," cetus dia.

Kendati demikian, Hermawan meyakini tren melonjaknya harga seperti sekarang ini hanya akan berlangsung sesaat.

"Ini kan nggak normal. Ini kan logistiknya yang berat. Karena enggak banyak stok jadi under supply, karena under supply jadi mahal. Hukum alam saja. supply demand," kata dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com