Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/07/2020, 09:44 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidur cukup 7-8 jam adalah salah satu unsur yang perlu dipenuhi untuk menjaga kesehatan seseorang.

Namun, kebisingan dengkuran dapat menghasilkan suara hingga 90 desibel, atau setara dengan volume penyedot debu.

Tak heran banyak orang menjadi sulit tidur ketika mendengar dengkuran orang lain.

Nah, jika kamu kesulitan mendapatkan tidur cukup karena pasangan yang ngorok, mungkin cara berikut mungkin bisa dicoba.

Mari mengatasi dengkuran dengan mengubah pola makan. Bagaimana caranya?

Baca juga: 7 Langkah Lenyapkan Kebiasaan Mendengkur

Dr Michael Mosley, penulis sejumlah buku diet dan juga TV personality, menyebut, penyebab utama kebanyakan orang mendengkur dalah masalah berat badan berlebih.

"Fakta yang mungkin tidak menyenangkan adalah seiring bertambahnya usia dan bertambahnya berat badan, kita akan lebih banyak mendengkur."

Demikian penuturan Mosley seperti dilansir laman Metro.co.uk.

Kondisi itu terjadi karena tenggorokan menjadi lebih sempit, serta otot-otot tenggorokan dan uvula (jaringan mirip jari yang menggantung di belakang tenggorokan) menjadi lebih lemah.

Perubahan tersebut berarti, ketika kita bernapas, udara tidak dapat bergerak bebas melalui hidung dan tenggorokan lalu masuk ke paru-paru.

Tak hanya nengganggu pasangan, mendengkur juga dapat mengganggu tidur si pendengkur, yang bisa mengakibatkan gangguan hormon dan kadar gula darah.

Baca juga: Anak Suka Mendengkur Bisa Berujung Obesitas

Kurang tidur mengubah hormon nafsu makan, membuat orang merasa lebih lapar sepanjang hari. dan meningkatkan keinginan untuk makanan manis.

Sebuah penelitian dari King's College London menemukan, orang yang kurang tidur rata-rata mengonsumsi kalori ekstra sebanyak 385 kalori.

Untuk itu, Mosley menyarankan agar kondisi tersebut diperbaiki dengan menerapkan pola makan khusus.

Dia menyebutnya dengan "The Fast 800", pola nakan yang mengombinasikan intermittent fasting, pola makan 5:2, dan diet mediterania.

"Solusi terbaiknya seringkali adalah menurunkan berat badan."

"Saat aku menjalankan pola makan 5:2 di 2012 lalu, dan turun bobot hingga sembilan kilogram, aku juga berhasil mengurangi lemak di sekitar leher, dan berhenti mendengkur secara penuh," kata dia.

Pelaku pola makan "The Fast 800" mengonsumsi 800 kalori setiap harinya, selama 12 minggu.

Ini bisa menjadi pola makan alternatif bagi orang-orang yang ingin menurunkan berat badan dengan cepat.

Baca juga: Mendengkur Bisa Jadi Tanda Adanya Penyakit

Orang-orang yang memiliki berat badan sangat berlebih atau memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) di atas 40 adalah kelompok yang mendapatkan manfaat paling besar dari pembatasan asupan kalori.

Sebagai alternatif, orang-orang yang tidak terlalu ingin mengurangi banyak berat badan bisa menjalani pola makan 5:2 yang fokus pada makanan sehat selama lima hari, dan dua hari berpuasa (tidak makan).

Sementara kelompok orang dengan berat badan sehat atau BMI antara 18,5-24,9 akan mendapatkan manfaat paling besar dari pola makan mediterania.

Baca juga: Alat Ini Bisa Jadi Solusi Baru Hentikan Kebiasaan Mendengkur

Pola makan mediterania banyak menyertakan sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, hingga legume.

Mereka juga menikmati gandum utuh, herbal, rempah, makanan laut, serta extra virgin olive oil.

Namun, sebelum kamu menerapkan pola makan spesifik, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan saran yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com