Sementara, Mallenbaum mengaku "terjebak" dengan empat kategori alas kaki selama berbulan-bulan ini.
Ada sandal Velcro; dan kaus kaki berbulu halu, untuk dipakai saat berada di rumah sepanjang hari.
Lalu, sepatu kets yang dibeli Mallenbaum yang dibeli Mallenbaum pada bulan Maret lalu, untuk olahraga lari.
Dan terakhir, sepatu hiking yang dibeli Mallenbaum pada bulan Juni lalu, untuk perjalanan darat di areal taman nasional.
Ternyata, di AS, konsumen pengguna hi-heels pun mengikuti pola serupa.
Penjualan sandal melonjak
Menurut analis alas kaki dan aksesori NPD Group, Beth Goldstein, penjualan sandal melonjak dua kali lipat, di mana merek Crocs -khususnya, ternyata masih tetap populer.
Sementara, penjualan sepatu anjlok 70 persen pada periode Maret-Mei 2020, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 -ketika kategori tersebut sudah turun 12 persen.
"Saya minta maaf untuk memberi tahu ini, sepertinya sepatu hak tinggi tidak memiliki kaki di zaman virus corona. Dan bahkan mungkin akan berlanjut lebih dari itu," kata Mallenbaum.
"Saya tak berpikir lagi untuk memakai sepatu hak tinggi, setelah kapalan hilang -dan juga kesabaran, yang membuat rasa sakit memakai hi-heels dapat ditoleransi, membuat betis berkedut, ya stiletto pelan-pelan kehilangan 'peran'-nya," ucap Mallenbaum.
Faktanya, kata Goldstein, bisnis sepatu hak tinggi berjuang untuk bertahan selama beberapa tahun terakhir.
Kondisi itu terjadi karena telah lama kantor pun cenderung tidak terlalu "bergaya" dengan pilihan tersebut, sementara konsumen kian terbiasa dengan kasualisasi.
Baca juga: Pakai Hi-heels Tak Selalu Berdampak Buruk, Ada Manfaat Positifnya
Merek-merek fesyen kelas atas termasuk Gucci, Roger Vivier, dan Louis Vuitton sudah berupaya di bawah tekanan untuk menarik hati pembeli.
Akhirnya, mereka pun masuk ke bisnis sneaker, sepatu flat, dan irisan yang memungkinkan dalam koleksi mereka.
"Stiletto agak ketinggalan zaman," kata Gabriella Santaniello, analis yang berfokus pada mode di perusahaan riset ritel A-Line Partners.
Gabriella Santaniello meramalkan, begitu orang mulai kembali bekerja dan mengikuti berbagai acara, mereka akan menanggalkan sepatu hak, dan hanya mengenakan sneaker untuk bergaya.
“Saya merasa, keadaannya tidak bisa kembali seperti semula,” kata Santaiello.
Mallenbaum pun berpendapat sama.